Ki Hadjar Dewantara menyerukan mengenai pentingnya sebuah pendidikan yang diikuti etika, kebudayaan, nasional, dan kemerdekaan. Zaman kolonial membatasi hal tersebut sehingga tidak adanya rasa nasionalisme terhadap bangsa. Perjuangan untuk memerdekakan pendidikan lahir melalui gerakan-gerakan yang digagas oleh para tokoh bangsa seperti lahirnya sekolah bumi putera pada tahun 1854, organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908, dan lahirnya Tamansiswa di Yogyakarta pada tahun 1922.
Praktik Pendidikan Saat Ini yang ‘Membelenggu’ Kemerdekaan Peserta Didik
Praktik pendidikan yang membelenggu kemerdekaan peserta didik dalam belajar sering kali dilakukan tanpa disadari oleh seorang pendidik. Hal tersebut secara tidak langsung membawa suasana pembelajaran menjadi terjajah. Adapun praktik pendidikan yang membelenggu kemerdekaan peserta didik dalam belajar, yaitu sebagai berikut.
- Kurang merata kualitas pendidikan disetiap daerah, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.
- Suasana belajar yang memberikan kesan mengancam bagi peserta didik.
- Kurangnya kebebasan terhadap siswa dalam mengeksplorasikan dirinya sendiri.
Model Pendidikan yang Dapat Melepaskan ‘Belenggu’ yang Belum Memerdekakan Peserta Didik
Model pendidikan yang dapat melepas belenggu yang belum memerdekakan peserta didik adalah model pendidikan abad 21. Model pendidikan abad 21 merupakan bentuk penyesuaian terhadap perkembangan masyarakat dari masa ke masa dengan menitikberatkan pada peran teknologi dan keahlian pendidik dalam berinovasi. Jadi, model pendidikan abad 21 bisa disebut dengan model pembelajaran hybrid Adapun prinsip model pembelajaran abad 21 meliputi.
- Pendidikan berpusat kepada peserta didik.
- Kolaborasi antar peserta didik.
- Pembelajaran yang berdampak di luar lingkungan sekolah.
- Memfasilitasi peserta didik untuk terlibat pada lingkungan sosial.
Kurikulum Merdeka sebagai Alternatif Melepas Belenggu Peserta Didik
Pendidikan yang mengkolaborasikan antara hybrid dan pembelajaran konvensional dengan memberikan kebebasan peserta didik untuk mengeksplorasikan konsep mereka sendiri. Sebenarnya model pembelajaran tersebut sudah diimplementasikan melalui kurikulum merdeka. Akan tetapi masih dalam masa transisi yang memerlukan waktu untuk efektif. Apabila saya amati lebih dalam model kurikulum merdeka mengarahkan pada gaya pembelajaran yang modern. Selain itu, modernisasi dalam pembelajaran didukung dengan kualitas pendidik yang harus berinovasi.
Berdasarkan apa yang disampaikan sebelumnya dapat dijadikan perhatian bagi pendidik. Peran pendidik menyikapi era sekarang yang cenderung semua berbasis teknologi, seperti dijelaskan tadi bahwa peserta didik akan cenderung lebih banyak berhadapan dengan teknologi sehingga interaksi dengan pendidik kemungkinan kurang. Menyikapi hal tersebut, pada dasarnya teknologi tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam dunia pendidikan utamanya pada era digitalisasi.
Melihat permasalahan yang terjadi, yaitu era sekarang yang cenderung semua berbasis teknologi menjadikan pendidik harus inovatif. Inovatif tersebut berupa penggunaan metode pembelajaran yang sesuai. Kami rasa model pembelajaran yang sesuai adalah metode pembelajaran blended learning. Metode pembelajaran blended learning merupakan metode yang mengolaborasikan antara kegiatan belajar mengajar secara konvensional tatap muka dengan pembelajaran dalam jaringan melalui media digital. Jadi dengan begitu interaksi antara peserta didik dengan pendidik akan berimbang.
Kemudian, kita sebagai pendidik juga tidak boleh hanya menggunakan teknologi dengan meninggalkan esensi seorang pendidik itu sendiri, semisalnya ketika kita menayangkan video pembelajaran yang berisi materi, kita hanya membiarkan peserta didik menyimak tanpa adanya penjelasan langsung dari kita sebagai pendidik, pendidik harus tetap berperan aktif dan berinteraksi dengan peserta didik. Teknologi dapat meningkatkan IQ tetapi belum tentu dengan SQ nya, pendidiklah yang memiliki peran untuk meningkatkan SQ peserta didik.
: