Lakon RT Nol RW Nol menceritakan mengenai kehidupan gelandangan yang tinggal di kolong jembatan. Ceritanya dimulai pada suatu malam yang gelap terdengar suara gemuruh kebisingan jembatan yang dilalui kendaraan besar, tinggal lah empat orang gelandangan, yaitu Kakek, Ani, Ina, dan Pincang. Mereka tinggal disana seperti sebuah keluarga. Pada malam itu Ani dan Ina hendak pergi untuk mencari pelanggan, dimana Ani dan Ina merupakan wanita pemuas nafsu birahi laki-laki hidung belang. Sebelum mereka pergi, mereka mengidamkan makanan enak yang akan mereka makan. Kehidupan gelandangan memang memperihatinkan. Makanan yang dianggap biasa tepi nikmat bagi mereka, begitu juga dengan apa yang diinginkan Ani dan Ina. Malam itu terdengar gemuruh guntur yang menggelegar petanda akan turun hujan. Kakek dan Pincang memperingatkan mereka kalau akan turun hujan. Tapi, mereka tetap ngotot untuk pergi karena mereka mengidamkan makanan enak yang malam itu harus mereka nikmati, meski mereka harus kehujanan dan hanya menggunakan sepotong tikar robek untuk menutupi kepala mereka.
Perginya Ani dan Ina, tinggal lah mereka berdua di kolong jembatan, yaitu Kakek dan Pincang. Malam itu mereka bercengkrama dan membicarakan mengenai nasib mereka sebagai gelandangan. Gelandangan yang dianggap sebagai golongan masyarakat yang paling rendah dan tak layak untuk dapat bekerja. Hal itu dialami oleh Pincang yang beberapa kali melamar pekerjaan tapi tidak mendapatkannya dengan alasan dia seorang gelandangan yang tak beridentitas. Pandangan masyarakat yang demikian membuat mereka sulit untuk mengubah nasip mereka.
Hujan mulai reda dan terdengar jelas suara kendaraan yang melintas di atas jembatan, datanglah Bopeng dan seorang wanita. Bopeng merupakan salah satu dari mereka. Namun, Bopeng lebih beruntung dari mereka sebab, hari itu ia diterima kerja sebagai kelasi kapal. Malam itu ia ingin memberitahu mereka mengenai hal tersebut. Bopeng yang baru datang langsung disuguhi pertanyaan oleh Kakek mengenai apakah ia mendapatkan putung rokok atau tidak. Bopeng memberikan pada Kakek bukan putung rokok, melainkan rokok yang masih utuh dan empat bungkus nasi rames. Lagi-lagi melalui lakon tersebut tergambar jelas mengenai kesenjangan sosial yang dialami oleh para gelandangan yang sangat mendambakan hal yang menurut orang biasa umum dimiliki. Mengenai apa yang diperoleh Bopeng malam itu membuat Kakek bertanya darimana ia mendapatkan semua ini. Mulai dari situ Bupeng menceritakan bahwa ia telah diterima kerja sebagai serang kelasi kapal. Rokok dan nasi rames ia dapat dari uang muka gaji seorang kelasi. Mendengar hal itu, Kakek yang tadinya hendak menyantap nasi tersebut mengurungkan niatnya, ditutuplah nasi itu dan disimpan dipojokan. Kakek menjadi sedikit tidak bersemangat, sebab salah satu dari mereka akan pergi atau bahkan tidak pernah kembali walau hanya sekadar bertemu.
Bopeng pada malam itu membawa seorang wanita bernama Ati. Ati ia temukan berada di pelabuhan sendirian. Ati mengaku kalau ia ditinggal suaminya dan menangis di pintu gerbang pelabuhan. Ati merupakan gadis kampung yang dinikahi seorang pria dan hendak membawanya pergi ke pulau seberang untuk menemui orang tua dari si pria. Akan tetapi, ia ditipu dan perhiasannya dibawa oleh pria itu. Mendengar cerita itu, semua yang ada disana menyarankan Ati untuk kembali ke kampung halamannya. Sebab, mereka khawatir jika ia menjadi sama seperti mereka, yaitu menjadi seorang gelandangan yang diremehkan dan tidak dianggap. Namun Ati menolaknya dengan alasan ia malu, karena sebelum ia berangkat dari kampung, keluarganya mengadakan pesta yang meriah.
Selang beberapa waktu, datanglah Ina dengan membawa nasi rames yang dijanjikan Ani untuk Kakek sebelum berangkat. Melihat hal itu, semua yang ada disana bertanya mengenai keberadaan Ani yang tidak ikut kembali bersama Ina. Kemudian Ina menceritakan apa yang terjadi malam itu. Saat Ani sedang melayani si Babah pelanggannya, tiba-tiba ada razia disaat mereka sedang berduaan. Ani dan pelangganya yaitu si Babah dibawa ke kantor polisi untuk diproses. Mengetahui hal tersebut, Ina dan Tukang Becak selaku rekan mereka dalam menjalankan bisnis prostitusi pergi ke kantor polisi untuk memberikan keterangan palsu yang mengatakan bahwa, Ani merupakan istri dari Tukang Becak tersebut berdasarkan surat nikah yang sebelumnya sudah mereka persiapkan dalam menjalankan bisnis gelap itu. Keterangan tersebut diberikan supaya Ani bisa bebas, sebab hanya keterangan dari suami yang dapat membebaskannya. Akan tetapi, secara tidak terduga si Babah melamar Ani di kantor polisi dan Ani menerimanya. Sebab, dengan begini Ani mendapatkan kartu penduduk dan tempat tinggal yang pasti. Tidak hanya sampai disitu saja, kedatangan Ina sebenarnya juga ingin berpamitan dengan mereka. Sebab, setelah kejadian itu Ina juga dilamar oleh Tukang Becak. Ina menerima lamaran tersebut meski tidak mencintainya, itu semua demi mendapatkan kartu penduduk dan tempat tinggal yang pasti.
Melihat penduduk RT Nol dan RW Nol (kolong jembatan) mulai pergi satu persatu membuat Kakek tidak bersemangat. Selain itu, dengan melihat apa yang terjadi pada malam itu menjadikan Ati akhirnya mau untuk kembali ke kampung halamannya. Bopeng meminta Pincang untuk mengantarkannya pulang, sedangkan biayanya Bopeng yang menanggung. Selain itu, dimintanya Pincang untuk mengantarkan Ati tidak langsung kembali begitu saja, melainkan meminta Pincang tinggal lebih lama disana. Sebab, dengan begitu bisa membantu Pincang mendapat pekerjaan di kampung sebagai seorang petani. Ati juga mengajak Kakek untuk ikut ke kampunya, namun Kakek menolak karena sudah terlalui tua untuk bekerja di sawah. Kakek memilih untuk tetap tinggal di kolong jembatan sampai ia menjadi mayat dan dapat berguna untuk bahan pelajaran mahasiswa kedokteran
Drama RT Nol RW Nol karya Iwan Simatupang jika dilihat berdasarkan ada tidaknya naskah, drama ini dikategorikan sebagai drama modern. Hal itu dibuktikan berdasarkan adanya naskah yang oleh penulis dijadikan acuan dalam membuat sinopsisnya. Selain itu, jika dilihat berdasarkan bentuknya drama RT Nol RW Nol karya Iwan Simatupang merupakan drama domestik atau drama yang menceritakan mengenai kehidupan rakyat biasa. Hal itu dibuktikan melalui jalan cerita dari drama tersebut yang menceritakan mengenai kehidupan gelandangan. Melalui jalan cerita tersebut, penulis berupaya untuk menggambarkan bagaimana kehidupan seorang gelandangan dan kesenjangan sosial yang diterimanya.
: