selamat datang di situs erklaren media informasi dan komunikasi. harap bijak dan bertanggung jawab dalam menggunakannya

Sinopsis Lakon Malam Jahanam Karya Motinggo Boesje

Pada lakon ini terdapat lima tokoh, diantaranya yaitu Paijah, Utai, Soleman, Mat Kontan, dan Tukang Pijat. Cerita dimulai dengan narasi yang menjelaskan sebuah kampung nelayan dan penggambaran terhadap penduduk kampung tersebut. Mat Kontan merupakan orang yang sangat menyukai burung sampai lupa kepada keluarganya. Pada suatu hari, anaknya sedang sakit dan terus menangis. Akan tetapi, Mat Kontan pada malam itu belum pulang. Mat Kontan sibuk dengan urusannya sendiri tanpa memikirkan anak istrinya di rumah. Pada malam itu, Paijah istri Mat Kontan ditemani Utai si gila. Utai menemani Paijah sampai akhirnya ia pergi dan menghilang diantara gelapnya malam.

Melihat hal itu, Soleman yang rumahnya dekat dengan rumah Mat Kontan, duduk di bangku rumahnya sembari merokok. Terlihat Tukang Pijat yang buta dengan suara khasnya membuat kesal Soleman. Soleman kesal karena Tukang Pijat itu berisik. Selain teriak dengan suara khasnya, tukang pijat itu juga menyeret kaleng susu bekas sehingga membuat bising. Setelah Tukang Pijat itu pergi dan tak terlihat oleh gelapnya malam, datanglah Utai si gila yang meminta rokok. Setelah diberinya rokok, Utai si gila pergi dari hadapan Soleman. Mengetahui hal tersebut, Paijah keluar dari pintu rumahnya dan menyapa Soleman dan menceritakan keluh kesahnya terhadap Mat Kontan yang belum pulang, sedangakan anaknya sedang sakit.

Tak lama kemudian terdengar suara Mat Kontan dari kejauhan sambil membawa sangkar burung yang berisi seekor burung perkutut betina. Melihat hal tersebut, Soleman menghampiri Mat Kontan yang sedang asik dengan burung dengan barunya.  Soleman memberitahu Mat Kontan kalau anaknya sedang sakit, namun Mat Kontan lebih mementingkan burung daripada anak dan istrinya. Mat Kontan sebenarnya sangat membanggakan anak dan istrinya, akan tetapi dia juga membanggakan burungnya. Soleman sempat menasehatinya, akan tetapi Mat Kontan tidak menggubris, sampai-sampai membahas mengenai kekalahan Soleman atas dirinya dalam bermain empat satu. Mereka berdua mengobrol dan membicarakan mengenai beberapa hal, termasuk membicarakan mengenai si kecil. Mat Kontan memang selalui membangga-banggakan si kecil, hal itu yang membuat Soleman tidak suka dan meminta Mat Kontan menceritakan hal lain.

Melihat reaksi tersebut membuat Mat Kontan menduga kalau Soleman iri kepadanya, namun itu semua dibantah oleh Soleman. Kemudian Mat Kontan menceritakan tentang istrinya si Paijah dan Soleman pun mau mendengarnya. Mat Kontan memang sangat membangga-banggakan istrinya kepada orang lain. Mat Kontan menceritakan kepada Soleman bahwa ia akan membelikan Paijah rok. Akan tetapi Soleman berpendapat bahwa Paijah lebih cantik dan menggairahkan apabila mengenakan kebaya sempit. Mendengar pernyataan tersebut tidak membuat Mat Kontan marah, tapi malah membuat Mat Kontan senang. Sangking senangnya, sampai-sampai mengejek Soleman yang tak kunjung kawin dan mengibaratkannya dengan kambing kebirinya yang mati. Mendengar hal itu, Soleman mengingatkannya kembali mengenai bagaimana jika si kecil yang mati. Akan tetapi, Mat Kontan tidak percaya kalau si kecil bisa mati dan membangga-banggakan sebagai anaknya, bukan anak si Soleman. Mendengar hal tersebut membuat Soleman tak suka, ia meminta Mat Kontan untuk menceritakan mengenai perkutut dan beo. Mendengar hal tersebut membuat Mat Kontan teringat dengan beonya yang dua hari ia lupakan.

Mat Kontan kembali ke rumahnya dan mencari beonya. Akan tetapi, beonya sudah tidak ada di dalam sangkar. Ia ingin keluar menemui Soleman untuk nyampaikan hal tersebut. Akan tetapi, ia malah berpapasan dengan si Utai sinting dan menertawainya. Melihat hal itu membuat Mat Kontan kesal dan memintanya untuk diam. Utai menceritakan kalau ia melihat beo milik Mat Kontan mati didekat sumur dan bangkainya dibawa oleh anjing. Mendengar hal tersebut membuat Mat Kontan Marah. Kemudian Mat Kontan pergi bersama Utai ke rumah ahli nujum untuk mengetahui siapa yang membunuh buru beo kesayangannya.

Paijah yang mendengar hal tersebut menjadi takut. Kemudian ia pergi ke rumah Soleman untuk menceritakan itu semua dan meminta perlindungan kepada Soleman. Paijah takut kalau seandanya Mat Kontan menuduhnya yang telah membunuh burung kesayangannya sehingga membuatnya kalap. Melihat ketakutan Paijah, Soleman berusaha untuk meyakinkannya kalau si Mat Kontan tidak akan menyakitinya sebab ia sangat menyayanginya. Jika seandainya Mat Kontan menyakiti Paijah, Soleman ada untuk melindunginya. Selain takut kalau Mat Kontan akan menyakitinya, Paijah juga takut kalau dengan ini membuat rahasinya dengan Soleman terbongkar. Paijah pernah menangis meminta anak kepada Soleman sebab si Mat Kontan mandul dan Soleman mengabulkannya. Akan tetapi, sekarang ia menyesal dengan perbuatan itu. Soleman terus meyakinkannya untuk tidak menyesal dan meminta Paijah untuk tetap berada di rumahnya untuk menunggu Mat Kontan kembali, sedangkan Soleman tetap berada di rumahnya sendiri.

Tawa Utai kian terdengar menandakan Mat Kontan kembali. Soleman bertanya kepada Mat Kontan habis darimana. Kemudian Mat Kontan menceritakan kalau burung beonya mati dan ia pergi ke rumah tukang nujum untuk mencari siapa yang membunuh burungnya, akan tetapi tukang nujum tersebut sudah mati. Mat Kontan merasa kalau malam ini merupakan malam yang jahanam baginya. Mat Kontan bertanya kepada Paijah mengenai siapa yang membunuh burung beonya, tapi Paijah tidak tahu. Mat Kontan terus mendesaknya sampai-sampai membuat Paijah merasa muak dan ingin pergi dari rumah itu bersama anaknya. Mat Kontan melarang Paijah untuk membawa anaknya, akan tetapi Paijah menepis kalau anak itu bukan anaknya. Paijah dan Mat Kontan terus berdebat sampai-sampai membuat si kecil menangis. Melihat si kecil menangis membuat Soleman ingin menggendong anak itu, tapi dilarang oleh Mat Kontan. Mereka terus berdebat mengenai siapa yang membunuh burung beo milik Mat Kontan, sampai-sampai membuat Paijah takut dan berlari kedekapan Soleman untuk meminta perlindungan. Melihat hal itu, pecah sudah keadaan. Mat Kontan semakin marah dan memerintahkan Paijah untuk melepaskan dekapannya.

Paijah kemudian berlari ke belakang Soleman dan merasa kesal kepadanya yang hanya diam saja. Paijah yang merasa muak kepada Soleman akhirnya menyatakan kalau dia yang membunuh burung beo itu. Pernyataan tersebut terpaksa ia sampaikan meski ia tidak benar-benar membunuh burung tersebut, melainkan Soleman lah yang membunuhnya. Sehingga pada akhirnya Soleman juga menyatakan demikian. Soleman juga menyatakan kalau anak itu bukan anak Mat Kontan, melainkan anak Soleman dari hasil hubungannya dengan Paijah. Memang malam itu malam yang paling jaham bagi ketiganya. Mendengar hal tersebut membuat Mat Kontan marah. Akan tetapi, kemarahan tersebut dapat direda oleh Soleman dengan mengingatkannya dengan kejadian di pantai pasir Boblos yang menimpa Mat Kontan sehingga membuatnya teringat dan takut akan kematian. Pada akhirnya pertikaian tesebut dapat direda dan Mat Kontan memberikan Paijah kepada sahabat yang telah merampas istrinya.

Pada Malam itu Mat Kontan memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Ia pergi dan menghilang di tengah gelapnya malam. Tampaknya hal itu membuat Soleman merasa kasihan kepada sahabatnya itu, sehingga ia ingin mengejarnya dan mengembalikan Paijah kepadanya. Sesampainya ia dapat menemui Mat Kontan, ternyata ia dijebak. Mat Kontan tidak sepenuhnya pergi ke kampung halamannya. Melainkan, ia berkelahi dengan Soleman dan dibantu oleh Utai. Soleman dihadang oleh mereka dengan membawa golok, akan tetapi Soleman berhasil lari dan dikejar oleh Utai serta disusul oleh Mat Kontan. Setelah itu Mat Kontan kembali menemui Paijah dan mengatakan kalau Utai mati karena dibunuh oleh Soleman. Selain itu, ketika ia berpapasan dengan Tukang Pijat yang menanyainya mengenai penyebab perkelahian tersebut, Mat Kontan malam menuduh Soleman telah mencuri burung dan uangnya, kemudian pergi begitu saja. Tangis bayi terus menjadi dan tiba-tiba berhenti begitu saja. Ternyata bayi tersebut telah mati.

Berdasakan ada tidaknya naskah, drama Malam Jahanam karya Motinggo Boesje merupakan jenis drama modern. Hal itu dibuktikan dengan adanya naskah drama yang dijadikan penulis sebagai bacaan dalam membuat sinopsis. Selain itu, drama Malam Jahanam karya Motinggo Boesje jika dilihat berdasarkan bentuknya merupakan drama rumah tangga. Hal itu tergambar melalui naskahnya yang menceritakan mengenai kehidupan rumah tangga Mat Kontan dan Paijah yang mulai retak. Hal itu dikarenakan sikap Mat Kontan yang kurang memperhatikan keluarga dan malah memperhatikan burung. Selain itu, diketahui bahwa Mat Kontan merupakan seorang yang tidak bisa memberikan Paijah keturunan. Oleh karenanya terjadilah perselingkuhan antara Paijah dengan Soleman demi mendapatkan seorang anak.


Penulis : Citra Ika Prasetya

: