selamat datang di situs erklaren media informasi dan komunikasi. harap bijak dan bertanggung jawab dalam menggunakannya

Sinopsis Novel "AKI" Karya Idrus

 

Sumber Gambar: http://bacaan-indo.blogspot.com/

Judul         : AKI

Penulis         : Idrus

Penerbit : Balai Pustaka

Tahun         : 2003-Cet 10

Novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang laki-laki berusia 29 tahun yang bernama Aki. Aki merupakan pria yang sakit-sakitan yang mengakibatkan dirinya tampak seperti orang tua. Aki berperawakan tua dengan kakinya yang bengkok dan tulang punggungnya membungkuk. Setiap malam Ia mengalami batuk yang begitu parah dan ketika diperiksa ternyata Aki menderita sakit paru-paru. Aki memiliki istri bernama Sulasmi dan dua orang anak bernama Akbar dan Lastri. Sulasmi merupakan istri yang sangat mencintai Aki hari demi hari meski dirinya sakit. Bagaimanapun keadaan Aki, Sulasmi tetap menyayanginya dengan sepenuh hati. Aki merupakan pekerja disuatu kantor. Dalam kantor tersebut, Aki sangat dihormati oleh karyawan-karyawan yang ada disana, meski bentuk tubuh Aki bisa dibilang tidak wajar untuk pria berumur 29 tahun pada umumnya. Meski Aki memiliki penyakit yang begitu parah bahkan bisa dibilang mendekati kematian, akan tetapi hal itu tidak membuat patah semangat dan tidak menghawatirkan hal tersebut. Hal itulah yang membuat semua karyawan yang ada disana menghargainya.

Pada suatu hari Aki tidak pergi ke kantor dikarenakan sakitnya kambuh. Dokter tiba untuk memeriksa keadaannya dan meninggalkan resep obat. Sang dokter hanya diam saja dan tidak membicarakan penyakit Aki kepada Sulasmi, hal itu yang membuatnya khawatir. Sulasmi memandangi Aki yang terbaring di atas ranjang. Ia yakin bahwa suaminya akan sembuh dan terhindar dari kematian. Sulasmi mengingat enam tahun lamanya ia bersama Aki dan hatinya selalu bahagia bersamanya, sampai adanya Akbar dan Lastri sebagai bukti ketulusannya kepada Aki. Akan tetapi apalah daya, diantara empat orang yang ada disana terdapat satu yang mendekati maut. Meski suaminya sakit-sakitan, Sulasmi rela dan ikhlas apabila Aki bertemu dengan malaikat maut dan ikut bersamanya. Sebab, terkadang Aki tiba-tiba sekejap tak bernapas kemudian bernapas lagi. Seakan-akan orang yang sedang dalam proses menghadapi mautnya. Pada waktu tertentu tiba-tiba napas aki berhenti begitu lama dan tidak seperti biasanya. Hal itu yang membuat Sulasmi panik dan memerintahkan jongos untuk memanggil dokter. Akan tetapi ketika Ia kembali ke kamar, Ia melihat Aki tersenyum kepadanya yang memancarkan cahaya pada kedua matanya. Hal itu yang membuat Sulasmi menjadi tenang dan mencium kaki Aki berkali-kali sembari menangis. Kemudian Aki hendak ingin berbicara kepada Sulasmi, didekatkannya telinga kepada bibir Aki. Ia menjelaslakn bahwa Ia akan mati satu tahun lagi. Mendengar hal tersebut membuat Sulasmi senang dan dipeluklah Akbar dan Lastri.

Kakinya yang bengkok bagaikan angka Nol, kini mulai kuat untuk menahan beban tubuh Aki. Dua bulan telah berlalu dari kejadian pada hari itu, membuat Sulasmi bertanya kembali kepada suaminya mengenai kebenaran dari keputusan tersebut. Sebab, Aki yang sekarang tidak terlihat seperti orang yang akan mati sepuluh bulan lagi dan penyakit paru-parunya tidak menggagunya lagi. Pada suatu hari Aki mengatakan kepada Sulasmi apabila Ia mati, Aki meminta Sulasmi untuk baik dalam bekerja dan apabila ingin menikah lagi Ia tidak keberatan. Mereka tidak seperti orang pada umumnya ketika pasangannya akan mengalami maut sepuluh bulan lagi. Bukannya bersedih mereka justru tertawa melihat orang-orang yang hidup. Pada saat menjemput mautnya, Aki tidak ingin dibungkus dengan kain putih biasa. Ia ingin dibungkus dengan kain pike. Sulasmi berencana untuk membelinya bersama di Pasar Baru agar Aki tahu tentang tempat itu. Karena di akhirat tidak ada Pasar Baru. Di kator, Aki ingin berhenti dari pekerjaannya dan mengatakan bahwa Ia akan mati pada tanggal 16 Agustus tahun depan. Atasannya kaget mendengar hal tersebut, sebab Ia hendak menaikkan gaji Aki karena Ia sudah bekerja selama delapan tahun di kantor itu. Ia juga tidak percaya kalau Aki akan mati sepuluh bulan lagi, sedangkan kondisinya yang sekarang baik-baik saja. Atasannya terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Aki dan menganggapnya gila.

Perkataan Aki mengenai kematian tersebut membuat atasannya masih terus memikirkannya. Akan tetapi hanya seorang pemuda yang tidak terpengaruh dengan perkataan Aki mengenai kematiannya dan menganggapnya hanya omong kosong belaka. Sampai-sampai pemuda tersebut menuliskan sajak yang mana sajak tersebut berbunyi

Tuhan sudah mati

Sekarang Aki jadi Tuhan

Tapi Aki juga akan mati

Jadi semua tidak kekal Tuhan tidak, Aki tidak, Aku tidak !

Tampaknya sajak tersebut disiarkan disebuah radio sehingga hal tersebut membuat gempar. Datanglah ke kantor tersebut seorang haji yang mengatakan bahwa hal itu adalah sebuah kemurtadan. Setelah sajak itu gempar, ditangkaplah pemuda tersebut oleh polisi sehingga membuatnya tidak masuk kantor. Sebab, selain sebagai seorang pegawai pada kantor tersebut, ternyata pemuda tersebut juga merupaka seorang penyair yang terkenal dan pimpinan perkumpulan musik.

Mendekati hari kematian Aki, lebih tepatnya sekita empat bulan lagi. Aki masih merayakan ulang tahunnya bersama dengan istri dan kedua anakannya. Sampailah pada 3 x 3 Minggu atau 64 hari kematian Aki. Sulasmi dan Aki sudah memikirkan untuk membeli kain pike yang tempo hari sudah direncanakan. Mereka pergi ke Pasar Baru untuk membelinya. Akan tetapi sebelum itu Aki pergi ke kantor dan berpamitan kepada atasannya untuk keluar dari kantor tersebut, sebab hendak mempersiapkan kematiannya. Tibalah pada tanggal 16 Agustus, yaitu hari kematian Aki. Hari itu hujan dibarengi halilintar. Semua pegawai yang ada di kantor menghias semua mobil dengan karangan bunga layaknya bentuk belasungkawa atas kematian Aki yang akan terjadi pada hari itu. Pada hari itu Aki beranjak ke tempat tidurnya, sebab Ia tak ingin mati dalam keadaan berdiri atau berjalan.

Sulasmi disuruh untuk tidur disebelah Aki, akan tetapi dalam posisi membelakinya. Sebab, Ia tak ingin Sulasmi melihat betapa sakitnya kematian yang akan dialami oleh Aki. Selang beberapa menit, Sulasmi membalikan badannya dan melihat Aki yang tampak terdiam layaknya seperti orang mati. Pergilah Sulasmi keluar sembari menangis dan mengatakan bahwa Aki telah mati. Semua yang pegawai yang ada disana berebutan ingin masuk ke dalam kamar Aki untuk melihatnya. Akan tetapi meraka tiba-tiba lari terbirit-birit karena melihat Aki sedang duduk di atas tempat tidurnya sembari merokok. Kemudian Aki beranjak dari tempat tidur dan mengusap air mata Sulasmi yang sedari tadi menangisinya dan menjelaskan bahwa tuhan maha pemurah. Tuhan belum ingin mengambil nyawanya, tampaknya Ia ketiduran dan terbangun karena keributan para karyawan yang berebut masuk ke kamar Aki. Kemudia Aki mengatakan bahwa kalu Ia tidak mati pada hari ini, Ia akan mati ketika berumur enampuluh tahun. Sebab, masih ada anak yang harus dibesarkannya. Tiga tahun dari kejadian itu, ternyata yang mati adalah atasan Aki dulu. Sebelum mati, Ia sempat berpikir kalau Aki bisa menunda kematiannya, kenapa dirinya tidak.

Suatu perubahan besar pada diri Aki yang mulai membaik dari penyakitnya. Ia merasa bahwa pekerjaannya sudah membosankan dan merasa tidak puas dengan apa yang ada. Pada suatu hari Ia pergi ke gedung sekolah tinggi. Tampakya Aki ingin menempuh pendidikan tinggi meski usianya sudah 42 tahun. Meski usianya sudah 42 tahun, mahasiswa disana menganggapnya masih berusia 29 tahun. Pada sekolah tinggi tersebut Aki mengambil jurusan hukum. Setelah dari gedung sekolah tinggi, Aki tidak langung kembali ke kantornya. Tapi Aki kembali kerumahnya dan menceritakan kepada Sulasmi yang sedang mengobati boroknya bahwa Ia akan menempuh sekolah tinggi dan mendapatkan titel meester in de rechten. Aki tidak jadi mati pada usia enampuluh tahun dan berkeinginan untuk hidup seratus tahun lagi. Akan tetapi Sulasmi tidak bisa hidup selama itu dan mengikhlaskan Aki apabila jatuh kepelukan gadis 17 tahun.


Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Idrus

RIWAYAT HIDUP IDRUS Lahir pada tahun 1921 di Padang. Sastrawan yang berasal dari Minangkabau ini berpendidikan sekolah menengah, la mulai menulis lukisan - lukisan, cerpen dan drama sesudah Jepang mendarat dalam tahun 1942. la termasuk salah seorang pelopor Angkatan 1945. la juga telah membawakan perubahan baru dalam prosa Indonesia modern. Dengan tegas ia menyatakan putusnya hubungan antara prosa sebelum perang dan prosa sesudah perang.

: