selamat datang di situs erklaren media informasi dan komunikasi. harap bijak dan bertanggung jawab dalam menggunakannya

Resume Buku Filsafat Umum Karya Asmoro Achmadi


Identitas Buku
Judul Buku         : Filsafat Umum
Penulis     : Asmoro Achmadi
Penerbit                 : PT Raja Grafindo Persada
Tahun terbit         : 2013 (Cetakan ke empat belas)
Jumlah Halaman :141 halaman

BAB I: Pengantar Filsafat
A. Pengertian Filsafat
Arti etimologi kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yaitu philia yang berati cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata itu lahirlah kata Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan sebaga “cinta kearifan”.
Arti kata tersebut di atas belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari kata filsafat, sebab pengertian “mencintai” belum memperlihatkan keaktifan seorang filosof untuk memperoleh kearifan atau kebijaksanaan itu. Menurut yang berlaku di Timur (Tiongkok atau si India), seorang dikatakan filosof bila dia telah mendapatkan atau telah meraih kebujaksanaan. Sedangkan menurut yang berlaku di Barat, kata “mencintai” tidak perlu meraih kebijaksanaan,karena itu yang disebut filosof atau “orang bijaksana” mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengertian di Timur, Filsafat digunakan sebagai berikut:

1. Filsafat Sebagai Ilmu
Karena didalamnya mengandung empat pertanyaan: bagaimana menanyakan sifat-sifat yang dapat tangkap atau tampak oleh indra, mengapa menanyakan tentang sebab suatu objek, ke mana menanyakan apa yang terjadi di masa lampau, masa sekarang, masa sekarang dan masa yang akan datang, apakah menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal.

2. Filsafat Sebagai Cara Berpikir
Berpikir secara filsafat dapat di artikan sebagai berpikir yang sangat mendalam atau berpikir secara global/menyaluruh, atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran. Hal ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Harus sitematis
b. Harus konsepsional
c. Harus koheren
d. Harus rasional
e. Harus sinoptik
f. Harus mengarah kepada pandangan dunia

3. Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Diartikan sebagai pandangan hidup karena filsafat pada hakikatnya bersumber pada hakikat kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan).

B. Objek Materi dan Objek Forma Filsafat
Objek materi filsafat adalah segala sesuatu yang ada. “Ada” disini mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran, dan kemungkinan. Sedangkan objek forma filsafat adalah menyeluruh secara umum, masudnya bahwa filsafat dalam memandang dapat mencapai hakikat (mendalam) atau tidak ada satupun yang berada di luar jangkauan pembahasan filsafat.

C. Ciri-ciri Pemikiran Filsafat
1. Sangat umum atau universal, yaitu pemikiran kecendrungan sangat umum, dan tingkat keumumannya sangat tinggi.
2. Tidak faktual, yaitu filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan pada bukti.
3. Bersangkutan dengan nilai, yaitu maksudnya tentang yang baik dan buruk, yang susila dan asusila, dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai.
4. Berkaitan dengan arti, yaitu maksudnya para filosof dalam mengungkapkan ide-idenya harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa yang tepat (ilmiah).
5. Implikatif, yaitu mampu melahirkan pemikiran baru sehingga akan terjadi pemikiran yang dinamis dan tiada habis-habisnya.

D. Cabang-cabang Filsafat
Cabang-cabang filsafat sangat luas namun untuk memahami dengan baik paling tidak kita harus mempelajari limabidang pokok, yaitu:
1. Metafiska
Metafisika ini merupakan cabang filsafat yang sulit dipahami, karena cabang ini membahas tentang sesuatu yang tidak bisa di lihat maupun dirasakan oleh panca indra.
2. Epistemologi
Lazimnya disebut teori pengetahuan yang secara umum membicarakan mengenai sumbe-sumber, karakteristik, dan kebenaran pengetahuan.
3. Logika
Adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan, dan tatacara penalaran yang betul.
4. Etika
Cabang filsafat yang membicarakan “tindakan” manusia, dengan penekanan yang baik dan buruk.
5. Sejarah filsafat
Adalah laporan suatu peristiwa yang berkaitan dengan pemikiran filsafat.

E. Kedudukan Ilmu, Filsafat dan Agama
Dikatakan terkait karena ketiganya memiliki peran penting dalam diri manusia. Tiga alat dan tenaga utama manusia adalah akal pikiran, rasa, dan keyakinan sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya. Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat akal pikiran manusia, Juga, agama dapat berkembang berkat adanya keyakinan.

F. Beberapa Kegunaan Mempelajari Filsafat
1. Dengan belajar filsafat diharapkan akan dapat menambah ilmu pengetahuan
2. Dasar semua tindakan adalah ide
3. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kita semakin ditantang dengan memberikan alternatifnya.

G. Metode-metode Filsafat
1. Metode Kritis, yaitu dengan menganalisi istilah dan pendapat
2. Metode Intuitif, yaitu dengan melakukan inprospeksi intuitif, denganmemakai symbol-simbol
3. Metode analisis abstraksi, yaitu dengan jalan memisah-misahkan atau menganalisi didalam angan-angan (didalam pikiran) hingga sampai pada hakikat (ditemukan jawaban).

H. Sejarah Kelahiran Filsafat
1. Masa Yunani
Pada abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang kepercayaannya bersifat rasional menimbulkan pegeseran. Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan justru menyatu dengan manusia. Ahli pikir pertama adalah Thales (625-545 SM) yang berhasil mengembangkan geometri dan matematika.
2. Masa Abad Pertengahan
Perkembangan pemikiran filsafat pada abad ke-13 yang ditandai berdirinya universitas-universitas dan ordo-ordo. Dalam ordo-ordo inilah mereka mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu dan agama, seperti Anselmus (1033-1109), Abaelardus (1079-1143), Thomas Aquinas (1225-1274). Dikalangan para ahli pikir islam muncul: Al-Kindi, Al- Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd. Periode ini disebut periode Skolastik yang berlangsung tahun 850-1200, dan merupakan masa kejayaan Islam.
3. Masa Abad Modern
Pada masa ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan sehingga corak pemikirannya antroposentris yaitu pemikiran filsafatnya mendasarkan pada akal pikir dan pengalaman.
4. Masa Abad Dewasa Ini (Filsafat Abad ke-20)
Filsafat ini dise but filsafat Kontemporer. Ciri khas pemikiran filsafat ini adalah desentralisasi manusia karena pemikiran filsafat abad ke-20 ini memberikan perhatian yang khusus kepada bidang bahasa dan etika sosial.

BAB II: Filsafat Yunani
A. Yunani Kuno
Periode ini lazim disebut periode filsafat alam
1. Thales (625-545 SM)
Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur komposisi alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis.
2. Anaximandros (640-546 SM)
Ia merupakan orang pertama yang membuat peta bumi, pendapatnya bahwa bumi berbentuk seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya dan bumi merupakan pusat jagat raya.
3. Pythagoras (572-497 SM)
Pemikirannya, substansi dari semua bilangan, dan segala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dari perbandingan-perbandingan matematis.
4. Xenophanes (570-? SM)
Pendapatnya ia mengkritik terhadap Hemorus dan Herodotus, ia membantah adanya antropomorfisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan di gambarkan sebagai (seakan-akan) seperti manusia. Karena manusia selalu mempunyai kecendrungan berpikir, Tuhan pun seperti manusia yang bersuara, berpakaian, dan lain-lainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan.
5. Heraclitos (535-475 SM)
Ia mengemukakan bahwa segal sesuatunya (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Ucapannya yang terkenal yaitu segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu orang pun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Alasannya, karena air sungai yang pertama telah mengalir, berganti dengan air yang berada di belakangnya.
6. Parmenides (540-475 SM)
Menurut pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Hal ini berbeda dengan pendapat Herclitos, yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan.
7. Zeno (490-430 SM)
Menurut Aristoteles, Zeno lah yang menemukan dialektika, yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengandaian atau hipotesis, dan dari hipotesis tersebut ditarik suatu kesimpulan.
8. Empedocles (490-435 SM)
Ia berpendapat bahwa alam ini realitasnya tersusun atas empat unsur, yaitu api, udara, tanah dan air. Terdapat dua unsur yang mengatur perubahan-perubahan di alam semesta ini, yaitu cinta dan benci. Cinta mengatur ke arah penggabungan dan benci mengatur ke arah perceraian atau perubahan.
9. Anaxagoras (499-420 SM)
Pemikirannya, realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai bagian yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya tidak terhingga.
10. Democritos (460-370 SM)
Pemikirannya adalah bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang kosong.

B. Yunani Klasik
Aliran yang mengawali periode ini adalah Sofisme yang merupakan suatu gerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh pengaruh minat orang terhadap filsafat. Salah satu tokoh Sofisme adalah Georgias (480-380 SM).
1. Socrates (469-339)
Socrates mengarahkan perhatiannya kepada manusia sebagai objek pemikiran filsafat. Socrates dalam mengajar tidak memungut biaya, sehingga ia di tuduh mengajarkan ajaran buruknya, merusak moral para pemuda, dan menentang kepercayaan negara. Kemudian ia ditangkap dan dihukum mati dengan meminum racun.
2. Plato (427-347 SM)
Sebagai puncak pemikirannya adalah pemikirannya tentang negara, yang dirasa buruk. Konsep tentang negara di dalamnya terkait etika dan teorinya tentang negara. Konsep etika sama seperti Socrates, yaitu bahwa tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik. Untuk hidup yang baik harus ada negara yang baik. Sebaliknya jika negara buruk tidak mungkin menjadikan para warganya hidup dengan baik.
3. Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles mempunyai perhatan khusus terhadap masalah etika. Menurut pendapatnya, tujuan tertinggi hidup manusia adalah kebahagiaan. Kebahagiaan adalah suatu keadaan di mana segala sesuatu yang termasuk dalam keadaan bahagia telah berada dalam dirinya. Kebahagiaan yang tertinggi adalah pikiran murni.
4. Filsafat hellenisme
Filsafat ini dimulai pada pemerintahan Alexander Agung. Pada zaman ini terjadi pergeseran pemikiran filsafat, dari filsafat teoretis menjadi filsafat praktis.
a. Epicurisme
Agar manusia dalam hidupnya bahagia terlebih dahulu harus memperoleh ketenangan jiwa.
b. Stoaisme
Untuk mencapai kebahagiaan manusia harus harmoni terhadap dunia (alam) dan harmoni dengan dirinya sendiri.
c. Skeptisme
Untuk mencapai kebahagiaan manusia perlu tidak mengambil keputusan karena orang yang tidak pernah mengambil keputusan disebut orang yang tidak pernah keliru.
d. Neoplatonisme
Pemikirannya ialah Tuhan merupakan isi dan titik tolak pemikiran, Tuhan dianggap sebagai Kebaikan Tertinggi dan sejaligus menjadi tujuan semua kehendak.

BAB III: Filsafat Barat Abad Pertengahan
Filsafat yunani mengalami kemegahan dan kejayaan yang gemilang yang melahirkan peradaban yunani. Peradaban yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Peradaban yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kemudian kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaannya di daratan eropa berkat peran Caesar Augustus.
Setelah filsafat yunani sampai ke daratan eropa, filsafat yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai penjelmaan filsafat yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen. Filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan. Kekuatan pengaruh antara filsafat yunani dengan agama Kristen dikatakan seimbang sehingga membentuk formula baru. Dengan demikian, di benua Eropa filsafat yunani akan tumbuh dan berkembang dalam suasana yang lain. Filsafat Eropa merupakan sesuatu yang baru, suatu formasi baru. 
Filsafat abad pertengahan juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap” karena tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Apabila terdapat pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, maka orang yang mengemukakannya akan dihukum berat. Ciri-ciri filsafat barat abad pertengahan adalah:
1. Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
2. Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
3. Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Masa abad pertengahan adalah suatu masa yang penuh dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehidupan yang picik dan fanatik. Masa ini di dominasi gereja yang membimbing umat kearah hidup yang shaleh tetapi tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia. Masa abad pertengahan terbagi menjadi tiga masa yaitu masa Patristik, masa Skolastik dan masa Peralihan. Masa Skolastik terbagi menjadi Skolastik Awal, Skolastik Puncak dan Skolastik Akhir.

A. Masa Patristik
Masa Patristik berasal dari kata latin pater atau bapak yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya, ada yang menolak filsafat yunani dan ada yang menerimannya. Bagi mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran lain seperti dari filsafat yunani. Bagi mereka yang menerima, alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat yunani hanya diambil metodosnya saja. Perbedaan pendapat terus berlanjut sehingga memunculkan banyak tokoh pembela agama, salah satunya tokoh pembela agama Kristen seperti Justinus Martir, Origenes, Diosios Arepagos dan Klemens.

B. Masa Skolastik
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik. Filsafat skolastik dapat berkembang dna tumbuh karena beberapa faktor berikut.
1. Faktor Religius
Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkehidupan religius.
2. Faktor Ilmu Pengetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara, gereja, ataupun keluarga istana.
Masa Skolastik dibagi menjadi tiga periode, yaitu: 
1. Skolastik Awal, berlangsung dari tahun 800-1200
2. Skolastik Puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300
3. Skolastik Akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450.

C. Masa Peralihan
Zaman peralihan merupakan embrio masa modern. Masa peralihan ditandai dengan munculnya renaissance, humanisme, dan reformasi yang berlangsung antara abad ke-14 hingga ke-16.
1. Renaissance
Renaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di Italia hingga menyebar ke seluruh Eropa.
2. Humanisme
Humanisme berfungsi sebagai gerakan untuk kembali melepaskan ikatan dari gereja dan berusaha menemukan kembali sastra Yunani atau Romawi.
3. Reformasi
Reformasi merupakan revolusi keagamaan di Eropa Barat pada abad ke-16. Revolusi tersebut dimulai dari gerakan terhadap perbaikan keadaan gereja Katolik. Kemudian berkembang menjadi asas Protestantisme.

BAB IV: Pemikiran Filsafat di Timur
A. Filsafat India
India adalah suatu wilayah yang dibatasi pegunungan yang terjal. Filsafat india berkembang menjadi satu dengan agama sehingga pemikiran filsafatnya bersifat religius dan tujuan akhirnya adalah mencari keselamtan akhirat. Filsafat India terbagi menjadi lima zaman, yaitu:
1. Zaman Weda (1500-600 SM).
Zaman ini diisi oleh peradaban bangsa Arya. Pada saat itu baru muncul benih pemikiran filsafat yang berupa antera-mantera dan pujian keagamaan.
2. Zaman Wiracarita (600-200SM)
Zaman ini diisi oleh perkembangan sistem pemikiran filsafat yang berupa Upanishad. Ide pemikiran filsafat tersebut muncul berupa tulisan tentang kepahlawanan dan hubungan manusia dengan dewa.
3. Zaman Sastra Sutra (200 SM-1400 M)
Zaman ini diisi oleh semakin banyaknya bahan-bahan pemikiran filsafat.
4. Zaman kemunduran (1400-1800 M)
Zaman ini diisi oleh pemikiran filsafat yang mandul karena para ahli pikir hanya menirukan pemikiran filsafat yang lampau.
5. Zaman Pembaharuan (1800-1950 M)
Zaman ini diisi oleh kebangkitan pemikiran filsafat India.

B. Filsafat Tiongkok
Filsafat tiongkok dapat dikatakan hidup di dalam kebudayaan Tiongkok. Hal ini disebabkan, karena pemikiran filsafat selalu diberikan dalam setiap jenjang pendidikan. 
1. Latar belakang filsafat Tiongkok
Banyak aspek yang melatarbelakangi pemikiran filsafat Tiongkok, seperti aspek geografis, ekonomi, sikap terhadap alam, sistem kekerabatan dan lainnya. Akar atau sumber alam pikiran rakyat Tiongkok adalah Toisme (menitikberatkan pada hal yang sifatnya naturalistik) dan Confuciasme (menitikberatkan pada organisasi sosial dan menekankan kepada tanggung jawab manusia terhadap masyarakat).
2. Sentuhan dengan filsafat barat
Orang barat menamakan Tiongkok sebagai negeri Timur Jauh. Sebaliknya orang Tiongkok menganggap kebudayaan lain adalah salah atau tidak setinggi dengan kebudayaan yang dimiliknya. Banyak kehidupan sejarah Tiongkok yang berkaitan dengan filsafat Barat, seperti pada akhir Dinasti Ming banyak pelajar Tiongkok yang mengagumi matematika dan astronomi, yang dibawa dari Barat oleh kaum Misionaris Kristen sehingga banyak pelajar yang masuk menjadi Misionaris. Sampai sekarang, sentuhan Barat yang telah membekas adalah adanya studi filsafat Tiongkok.
3. Aliran pemikiran filsafat di Tiongkok
a. Confusianisme
Confusianisme dipelopori oleh K’ung Fu Tzu lahir di Shantung. Pemikirannya adalah mengenai ritual dan harus menguasai aspek keagamaan dan sosial.
b. Taoisme
Pendiri Taoisme adalah Lao Tze lahir tahun 604 M. Pemikirannya adalah orang hendaknya memberikan kasih sayangnya tidak terbatas pada para anggota keluarganya saja, tetapi harus pada seluruh anggota keluarga yang lain. Kalau kita sayang kepada orang lain, maka orang lain akan sayang kepada kita, dan kita tidak perlu takut akan kejahatan orang lain.

C. Filsafat Islam
Islam dengan kebudayaannya telah berjalan selama 15 abad. Para ahli pikir Islam berpikir secara sistematis dan analitis secara kritis sehingga lahirlah para filsuf Islam yang mempunyai kemampuan tinggi karena kebijaksanaanya. Dalam kegiatan pemikiran filsafat tersebut, terdapat dua macam pemikiran berikut:
1. Para ahli pikir Islam berusaha menyusun sebuah sistem yang disesuaikan dengan ajaran Islam.
2. Para ulama menggunakan metode rasional dalam meyelesaikan soal-soal ketauhidan.
Timbulnya aliran pemikiran filsafat didorong oleh beberapa perbedaan:
1. Persoalan tentang Zat Tuhan yang tidak dapat diraba, dirasa, dan dipikirkan
2. Perbedaan cara berpikir
3. Perbedaan orientasi dan tujuan hidup
4. Perasaan “asabiyah”, keyakinan yang buta atas dasar suatu pendirian walaupun diyakini tidak benar lagi.
Lahirnya filsafat Islam ditandai dengan sifat khas orang-orang Arab yang saat itu hidup mengembara bergeser pada proses urbanisasi, setelah mendapat kemapanan, mereka mengalami proses akulturasi penguasaan ilmu. Puncak akulturasi ini mencapai puncaknya dengan didirikannya lembaga pengajaran, penterjemahan, dan perpustakaan.
Pembagian aliran pemikiran filsafat Islam
1. Periode Mu’tazilah (abad ke-8 sampai ke-12)
Teologi rasional yang berkembang di Baghdad dan Basrah.
2. Periode Filsafat pertama (abad ke-8 sampai k eke-11)
Periode ini memakai sistem pemikiran yang dipakai para ahli pikir Islam yang bersandar pada pemikiran Hellenisme.
3. Periode Kalam Asy’ari (abad ke-9 sampai ke-11)
Periode ini berpusat di Baghdad. Aliran pemikiran ini mengacu pada sistem Elia (Atomistis).

D. Filsafat Indonesia
Pandangan hidup dan sistem pemikiran Indonesia tidak sama dengan pandangan hidup sistem pemikiran bangsa di Negara lainnya. Pemikiran filsafat Indonesia adalah suatu pemikiran filsafat yang diperuntukkan dalam atau sebagai landasan hidup bangsa Indonesia. 
Sistem pandangan hidup yang di dalamnya terdapat keselarasan dan keharmonisan antara hakikat pribadi manusia Indonesia dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai kesejahteraan. Suatu pemikiran filsafat yang implementasinya sebagai suatu pandangan hidup bagi setiap orang Indonesia mempunyai peranan yang penting, yaitu apabila seseorang tidak mempunyai pandangan hidup niscaya hidupnya tidak mengarah. Bagi bangsa Indonesia tidaklah demikian, karena manusia-manusia Indonesia mempunyai kedudukan sebagai makhluk Tuhan. Karena hidup ini tidak hanya diperuntukkan di dunia tetapi juga di akhirat. Jadi pandangan hidup Indonesia mempunyai dimensi yang berakar keselarasan atau keharmonisan dengan hakikat kedudukan kodrat manusia, yang implementasinya berupa asas kekeluargaan dan kehidupan yang diridai Tuhan.
1. Pandangan hidup Indonesia 
Pandangan hidup yang sesuai dengan manusia Indonesia adalah suatu pandangan hidup yang berasal dari akar hikmat yang terkandung dalam khasanah budaya Indonesia. Budaya merupakan esensi filsafat bangsa Indonesia. Karena budaya tersebut sebagai hasil perkembangan rohaniah dan intelektual bangsa. Setelah terbebas dari penjajahan, setapak demi setapak bangsa Indonesia mengupayakan untuk mengembangkan kepribadian dan memantapkan kebudayaan nasional yang terbentuk dari kebudayaan-kebudayaan daerah, sehingga kepribadian dan kebudayaan nasional terbentuk lewat kepribadian atau kebudayaan local.
Bentuk filsafat Indonesia terdiri dari lima sila berikut :
Sila I : Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila II : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila III : Persatuan Indonesia
Sila IV : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Sila V : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Lima sila di atas juga disebut lima dasar sebagai suatu totalitas, merupakan suatu kebulatan atunggal, yang setiap sila-silanya selalu harus mengandung keempat sila yang lainnya. Setiap sila tidak boleh dipertentangkan terhadapsila yang lain karena di antara sila-sila itu memang tidak terdapat hal-hal yang bertentangan.

BAB V: Filsafat Modern
Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad 14 – abad 15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance yang berarti kelahiran kembali. Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup kristiani dengan mengaitkan filsafat yunani dengan ajaran agama Kristen. Dan juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.
Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga pemecahannya. Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya.
Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern didasarkan pada suatu kesadaran individual dan konkret. Bermula dari William Ockham (1295-1349), yang mengetengahkan via moderna (jalan modern) dan via antiqua (jalan kuno). Manusia menjadi di dewa-dewakan yang mengakibatkan terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan secara pesat dan membuahkan sesuatu yang mengagumkan. Nilai filsafat pun merosot karena dianggap ketinggalan zaman.

A. Rasionalisme
Dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat modern. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hokum, dan ilmu kedokteran. Ia menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu tanpa bandingnya, harus disusun oleh satu orang sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena dapat dijadikan model cara mengenal secara dinamis.
Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi.

B. Empirisme
Tokohnya adalah Thomas Hobbes, John Locke, dan David Hume. Karena ternyadinya kemerosotan filsafat, disisi lain ilmu pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan dan benar hanya diperoleh lewat indra (empri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan, dan pemikiran itu bernama empirisme.
1. Thomas Hobbes (1588-1679)
Ia adalah ahli pikir inggris lahir di Malmesbury. Pendapatnya tentang filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Yang isinya tentang akibat-akibat atau tentang gejala-gejala yang diperoleh dari sebab, yang dapat dicari melalui fakta. Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hokum islam atau ilmu alam.

2. John Locke (1932-1704)
Ia dilahirkan di Wrington, inggris. Disamping sebagai seorang ahli hokum, ia juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia. Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflection. Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sedangkan reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik daripada sensation. Tetapi manusia harus mendahulukan sensation karena jiwa manusia itu saat dilahirkan putih bersih. Tidak ada sesuatu dalam jiwa yang dibawa sejak lahir, pengalamanlah yang membentuk jiwa seseorang.

C. Kritisme
Aliran ini muncul abad ke-18 dimana seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme. Zaman baru ini disebut zaman pencerahan (aufklarung) yang dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Karena jalan filsafat yang tersendat-sendat, Isaac Newton (1642-1727) memberikan dasar-dasar berpikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhkan analisis.
Dimulai dari Inggris kemudian ke Prancis, dan selanjutnya menyebar ke seluruh Eropa, terutama ke Jerman.di jerman pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme semakin berlanjut, masing-masing berebut otonomi. Seorang ahli pikir Jerman Imannuel Kant (1724-1804) mencoba menyelesaikan masalah tersebut yang berawal mengikuti rasionalisme, kemudian terpengaruh oleh empirisme (hume). Walaupun Kant tidak mudah menerimanya karena mengganggap empirisme terkandung skep-tisisme. Untuk itu, ia tetap mengakui kebenaran ilmu, dengan akal manusia akan dapat mencapai kebenaran. Ibarat burung terbang harus mempunyai sayap (rasio) dan udara (empiri). Metode berpikirnya disebut metode kritis.

D. Idealisme
Para murid Kant tidak puas terhadap batas kemampuan akal, alasannya karena akal murni tidak akan dapat mengenal hal yang berada diluar pengalaman. Untuk itu, dicarinya suatu dasar, yaitu suatu system metafisika yang ditemukan lewat dasar tindakan. Pelopor idealisme antara lain: J.G.Fichte (1762-1814), F.W.J.Scheling (1775-1854), G.W.F.Hegel (1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).
Apa yang dirintis Kant mencapai puncak perkembangan nya pada Hegel. Menurut pendapatnya, segala peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-peristiwa itu secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasannya. Ide yang berpikir itu sebenarnya adalah adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya, gerak yang menimbulkan tesis baru, yang nantinya menimbulkan antithesis dan seterusnya. Inilah yang disebutnya sebagai dialektika.

E. Positivisme
Filsafat ini lahir pada abad ke-19. Pemikirannya adalah yang factual dan yang positif, sehingga metafisika ditolaknya. Maksud positif adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman objektif. Jadi, setelah fakta diperolehnya, fakta-fakta tersebut dapat memberikan semacam asumsi (proyeksi) kemasa depan.
Beberapa tokoh positivism:
1. August Comte
Lahir di Mntpellier, Prancis. Sebuah karyanya adalah Cours de philosophia positive (kursus tentang filsafat positif) dan berjasa dalam mencipta ilmu sosiologi.
3 tahap perkembangan pemikiran manusia menurut pendapatnya:
a. Tahap teologis: mausia percaya kepada kemungkinan adanya yang mutlak. Artinya, dibalik setiap kejadian tersirat maksud tertentu.
b. Tahap metafisis: manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap teologis.
c. Tahap ilmiah/positif: manusia telah mulai mengetahui dan sadar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafisis tidak ada gunanya.
August Comte melahirkan agama baru yang diberi nama altruism yang artinya menganggap bahwa soal utama bagi manusia ialah usaha untuk hidup bagi kepentingan orang lain.

F. Evolusionisme
Aliran ini dipelopori oleh Charles Robert Darwin (1809-1882) pada tabad ke-19. Bukunya berjudul Malthus An Essay on the Principle of Population. Menurut Malthus, manusia akan cenderung meningkat jumlahnya. Dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mengatasi hal manusia harus bekerja sama, harus berjuang diantara sesamanya untuk mempertahankan hidupnya.
G. Materialisme
Julien de lamettrie (1709-1751) mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya, karena semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya, badan tanpa jiwa mungkin bias bergerak, sedangkan jiwa tanpa badan tidak mungkin ada.
Ludwig feueurbach (1804-1872) adalah seorang tokoh materialisme alam yang mengemukakan pendapatnya, bahwa baik pengetahuan maupun tindakan berlaku adagium, maka terimalah dunia yang ada, bila menolak agama/metafisika.
Karl Marx tokoh materialisme historis/dialektis berpendapat tugas seorang filosof bukan untuk menerangkan dunia, tetapi untuk mengubahnya.

H. Neo-kantianisme
Herman cohen berpendapat bahwa keyakinannya pada otoritas akal manusia untuk mencipta, Aliran ini tercipta karena banyak yang tidak puas dari aliran sebelumnya.

I. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragmatism adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. 
William james berpendapat bahwa masalah kebenaran tentang asal/tujuan dan hakikat bagi orang amerika terlalu teoretis. Ia menginginkan hasil-hasil konkret.

J. Filsafat Hidup
Aliran filsafat ini lahir akibat dari reaksi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan industrialisasi semakin pesat.
Henry Bergson berpendapat bahwa lam semesta ini merupakan suatu organism yang kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logis. Kemudia ia mengupayakan dengan melalui yang positif (ilmu) tersebut untuk menyelami yang mutlak dalam pengetahuan metafisis.
John dewey (1859-1952) berpendapat tugas filsafat adalah memberikan pengarahan dalam tindakan hidup manusia. Untuk itu, filsafat tidak boleh berada dalan pemikiran metafisika yang tidak ada manfaatnya.

K. Fenomenologi
Fenomologi berasal dari kata fenomen artinya gejala, yaitu sesuatu hal yang tidak nyata dan semua. Edmund Husserl berpendapat bahwa objek/benda harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara deskriptif fenomologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya adalah untuk melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif. Sedangkan metoe deduktif artinya mengkhayalkan gejala-gejala dala berbagai macam yang berbeda.

L. Eksistensialisme
Kata eksistensialisme berasal dari kata eks = keluar, dan sistensi atau sisto = berdiri, menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh akunya.
Soren Kierkegaard berpendapat bahwa kebenaran itu tidak berada pada suatu system yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang individu, yang konkret.

M. Neo-Thomisme.
Paham thomisme lahir pada pertengahan abad 19 dimana paham  ini mengkuti paham thomat Aquinas dimana intinya bahwa kita memiliki tugas memberikan tafsir sesuai keadaan zaman, yakni perlu diadakan penyesuain sehubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, akan tetapi tidak boleh beranggapan bahwa ajarannya betul-betul sempurna.

BAB VI: Filsafat Dewasa Ini
A. Filsafat Analistis
Ludwig Josef johan Wittgenstein (1889-1951) lahir di wina, Austria. Ilmu yang ditekuninya adalah ilmu penerbangan yang memerlukan studi dasar matematika yang mendalam. Karyanya ditulis di penjara, ia menjadi guru sekolah dasar, kemudian menjadi tukang kebun disebuah biara.
Filsafat analistis ini berpengaruh di inggris dan amerika sejak tahun 1950. Filsafat ini membahas analisis bahasa dan analisis konsep-konsep.

B. Strukturalisme
J. Lacan lahir di paris pada tahun 1901, ia berpendapat bahasa terdiri dari sejumlah termin yang ditentukan oleh posisi-posisi satu sama lain. Termin tersebut digabungkan dengan aturan gramatika dan sintaksis. Ia juga berpendapat, kita baru menjadi pribadi apabila kita mengabdikan diri pada permainan bahasa.
Filsafat ini biasa disebut juga filsafat barat abad ke-20, cirinya adalah desentralisasi manusia yang artinya perhatian khusus terhadap bahasa sebagai subjek kenyataan kita sehingga pemikiran filsafat sekarang disebut logosentris.

BAB VII: Aktualisasi Filsafat
Belajar filsafat dimaksudkan untuk membangun kesadaran, semangat, dan kepedulian agar hidup kita lebih bermakna. Yang penting dalam belajar filsafat adalah aktualisasinya. Pemanfaatan filsafat ini kadang masih terkait dengan kematangan berpikir, kematangan usia, dan pengalaman akademiknya.

A. Aktualisasi filsafat sebagai ilmu
Setiap ilmu tentu memiliki sisi negative/sinisme, sisi negative dengan mempelajari filsafat akan mencetak pengangguran, seperti halnya ilmu kedokteran pikirannya akan buruk karena mendoakan orang sakit.
Akan tetapi, kelebihan ilmu filsafat adalah memiliki objek formal dan material lebih luas, dan setiap ilmu memuat unsure filsafat. Mempelajari filsafat tidaklah cukup, untuk berdialog dengan ilmu lain, maka orang harus  mempelajari ilmu kependudukan/demografi.

B. Aktualisasi filsafat sebagai cara berpikir
Berpikir secara filsafat salah satunya sinoptif yaitu berpikir secara menyeluruh dan bersama-sama atau komprehensif. Berpikir filsafat tidak hanya berpikir komprehensif,rasional,konsepsional saja, tetapi inter disipliner yang artinya adalah berpikir dengan menggunakan ilmu-ilmu terkait yang dapat mendukung solusi suatu permasalahan.
Jadi, aktualisasi filsafat sebagai cara berpikir adalah kemampuan berpikir sendiri, mampu melihat mana yang negative dan yang positif, dan mampu membedakan yang baik dan buruk.

C. Aktualisasi filsafat sebagai pandangan hidup
Berawal dari pembagian filsafat secara garis besar, filsafat barat dan filsafat timur. Filsafat barat meliputi: filsafat yunani, filsafat abad pertengahan, filsafat modern (pragmatisme, materialisme, eksistensialisme, humanisme, ateisme, liberalisme, dll). Filsafat timur meliputi: filsafat china/tiongkok, filsafat jepang, filsafat india, filsafat Indonesia/nusantara (jawa, sunda, minangkabau, dayak, bugis, Madura, aceh, dll).
Jadi, dalam menghadapi berbagai ragam paham filsafat/pemikiran hendaknya kita harus kritis, jeli, dan memiliki pendirian/tidak mudah terprovokasi, mampu mengadakan penilaian apakah pemikiran tersebut baik/tidak, dan menguntungkan/tidak.

D. Aktualisasi filsafat sebagai pemikiran yang reflektif
Berpikir reflektif mendorong kita akan mampu berpikir kearah pemikiran yang lebih berkualitas dan pemikiran ke masa depan.

Manusia unggul (berkualitas) menurut Nietzsche pekemuka dari barat bahwa pemikirannya tentang manusia pemberani, superman, manusia cerdas, manusia yang tidak pernah bersalah, manusia berkuasa. Menurut pemikiran jepang adalah manusia yang memiliki jiwa samurai yaitu semangat tidak kenal lelah, pantang menyerah, tahan penderitaan yang dibarengi semangat ksatria. Menurut pemikiran Indonesia dikemukakan bahwa manusia Indonesia adalah yang bertakwa kepada tuhan, cerdas, berkepribadian, bersemangat, rajin bekerja,dll. Menurut pemikiran islam yaitu insane kamil yang berarti manusia telah mencapai derajat muttaqiin yaitu manusia yang benar-benar aktivitas hidupnya hanya untuk mencari keridhaan allah. Menurut pemikiran jawa yaitu manugso utama (manusia utama) yang artinya manusia yang dapat memenuhi hakikat kodratnya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk tuhan.
Dari berbagai konsep manusia berkualitas(unggul) tersebut dapat memperoleh inspirasi bahwa melahirkan dan membangun anak berkualitas di era global ini sangat penting. Karena, itu diperlukan anak-anak yang memiliki daya saing yang tinggi.

: