Oleh: Citra Ika Prasetya
Di Atas Balkon
Kala itu hari sudah malam, sang surya sudah tertidur lelap dibalik bukit. Namun tidak untuk Setya yang masih terjaga menemani bulan yang begang bersamanya. Ia termenung dengan kejadian pada siang tadi waktu ospek. Dia tidak bisa melupakan apa yang terjadi pada saat itu. Memandang wajanya yang ayu, tutur katanya yang alus sungguh membuat Setya kuat begadang karena kepikiran hal itu. Waktu terus berputar jam menunjukkan pukul 02.30 WIB dan si Setya masih terjaga diatas balkon setia menemani bulan yang ngeronda pada malam itu. Warnanya yang kuning keemasan dan bundar besar nampak jelas bayangan cewek itu di bulan itu. Setya terus melamun tak berkedip tak ia tarik pandangannya dari keindahan bulan pada malam itu. Ia terus memandang tanpa henti sekejappun tak ia lewatkan, sedetikpun juga tak ia tinggalkan.
Si Putra pun terbangun karena ia ingin melaksanakan sunah. Semenjak ia sering nonton mamah dedeh setiap pagi, insyaflah ia mendapat hidayah menuju jalan kebenaran. Putra berdiri dan lekas ke kamar mandi untuk membasuh muka dan melakukan kebiasaan sebelum melakukan sunah pada malam itu. Secara tak sengaja Putra melihat si Setya yang berada di balkon termenung dan terhipnotis dengan pesona bulan malam itu. Putra merasa heran dengan si Setya, lantas ia pun menghampiri Setya dan menunda sebentar sunahnya.
“woeee, ngapain luu” sapaan Putra yang memecah keheningan malam kala itu.
Lantas saja Setya kaget dengan kehadiran Putra yang tidak diundang.
“ah lu, ngagetin aja” jawab Setya yang merasa kaget dengan sapaan Pura.
“habisnya lu nglamun sih, jam segini pula, gak tidur lu?” tanya Putra
“Belum, gua gak bisa tidur”
“Emang ada yang lu pikirin?”
“Gua kepikiran cewek tadi siang yang gua tabrak pas Ospek, diam manis senyumnya, tuturkatanya alus, lemah lembut pula. Tapi sayangnya gua gak tahu namanya” penyesalan si Setya.
“Wooo, ceritanya nih lagi jatuh cinta!!” celetuk Putra sembari menggoda temannya itu.
“ahh apaan sih, entahlah tak tahu”
“yaudah, kalau emang takdir pasti ketemu lagi dengan cewek itu!” kata Putra yang.
“yaa, semoga saja lah ya”
Hari semakin hening, kegelapan menyelimuti langit dengan sangat pekatnya. Meski langit dipenuhi kegelapan yang amat begitu pekat, tapi disana ada beribu bintang yang menemani bulan yang sedang terjaga dan tak lupa bayangan cewek itu pun juga ikut menemani malam Setya kala itu.
“ya sudahlah, gua tinggal bentar ya, nanti balik lagi!” kata Putra yang ingin pergi sebentar untuk melakukan sunahnya tadi. Yaa semenjak ia setiap pagi nonton acara dakwah-dakwah itu menjadikan Putra seperti itu.
Putra pun pergi, namun Setya masih saja terfokus kepada kemegahan bulan dan hiasan malam itu. Dia melamun dengan penuh rasa kegundahan didalam hatinya, serta gejolak rasa yang ia rasakan. Sungguh tidaklah wajar bagi seorang Setya, dimana orang yang memiliki tingkah tidak manusiawi juga bisa merasakan kegundahan seperti itu. Setya yang merupakan anak dengan seribu kegilaan ternyata bisa tumbang dengan satu cewek yang belum ia kenal pula. Setya terus saja melamun, tanpa henti tak ia lewatkan keindaham malam itu. Dalam hatinya bergumam “apa yang terjadi padaku?, aku tak tahu apa ini, aku baru merasakan rasa ini, sungguh tidak wajar, tapi nikmat dirasakan”.
Hari semakin pagi sang surya sudah hampir menunjukkan kegagahannya di balik bukit, tapi si Setya pun belum juga tidur. Ia masih menatap lagit yang kegelapannya mulai memudar, bintang mulai terlelap dan bulan pun juga istirahata karena kelelahan menemani Setya begadang, begitu juga dengan bayangan cewek itu yang juga ikut memudar terbawa oleh bulan yang ingin terlelap. Setya tak ingin melewatkannya meski hanya sedetik saja.
Putra yang tadi sudah melakukan sunahnya kembali menemui Setya yang masih berada di balkon. Sembari menyapa “lu masih belum tidur juga nih?”
“Gua belum bisa tidur” jawab Setya.
“Gini nih kalau udah diterpa rasa kasmaran, segalahal akan ia lupakan untuk menikmati rasa itu. Lupa kalau tidak tidur, lupa kalau ini sedah subuh, dan lupa pula kalau hari ini hari pertama masuk kuliah!” kata Putra yang mengingatkan si Setya.
“Loh udah Subuh nih?, jangan mengada-ada lu” jawab Setya yang masih belum percaya dengan perkataan Putra yang kala itu mengingatkannya akan kewajibannya menjadi seorang muslim yang baik.
“Liat aja tuh jam” Putra yang menunjukkan jam yang ada didalam kosan mereka.
Setya melihat jam yang ada didalam kosan mereka yang menunjukkan pukul 04.30 WIB. Setya pun bergegas melaksanakan kewajibannya kala itu, dan ia juga baru teringat kalau hari ini hari pertamamasuk kuliah. Ia melakukan kewajibnnya dan apalah daya, seusai melakukan kewajibannya ia ketiduran dalam posisi duduk. Ya wajar sih kalau ia ketiduran, karena ia semalaman begadang tidak tidur dan hanya melamunkan cewek itu.
Jam menunjukkan pukul 07.45 WIB, dan Setya pun belum juga bangun. Padahal hari ini hari pertama masuk kuliah. Putra, Juki, dan Bedul mencoba membangunkan tidurnya, tapi apalah daya tidur Setya begitu amat nyenyak meski dalam posisi duduk.
“Woeee, lu kalau mau hibernasi tuh boleeeeh, tapi liat kondisi napa! Kuliah woeee!!” Juki yang mencoba membangunkan Setya, tapi yaa si Setya tak kunjung bangun juga.
“Tidak ada cara lain selain cara ini” celetuk Bedul yang sambil membawa ember berisikan air.
“Byuuuuurrrrrrr” siraman rohanipun dilakukan oleh Bedul, layaknya orang yang sedang diruqyah
Setya pun kaget dan lantas bangun sembari teriak “banjiiiiiirrrrr”
“Wooeee banjir apaan, cepetan ganti baju kuliah woeee, jangan bikin kita telat woeee”.
Setya hanya terdiam karena teringat masa SMA-nya yang oleh ibunya sering sekali disiram air untuk membangunkannya.
“Wooeeee malah melamun lagiii, buruaaann”
“Iyaaa, gak sabaran amat sih”
Setya pun lantas bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi, namun ia tak mandi sebab keburu telat, lagian tadi juga udah dimandiin oleh teman-temannya lewat siraman rohani yang menyejukkan hati. Mereka pun berangkat kekampus bersama-sama jalan kaki, karena kosan mereka deket dengan kampus.
: