WC Duduk Di Angkrongin,,
Kebego’an mereka tidak sampai disitu saja, kala itu kehidupan mereka berempat dimulai. Mereka tiap pagi sarapan dengan tempe kering yang mereka beli dari warung depan kos mereka. Memang enak sih tempe keringnya, sampai-sampai membuat Setya makan kayak seorang musyafir yang melakukan perjalanan dari planet namek menuju bumi yang mengharuskan tidak makan selama setahun.
“gilaa, enak banget niihh” si Setya.
“heeyy… lu makan rakus bener, awas lu entar perut lu sakit” saut Putra.
“wahai anak muda, rosululloh mengajarkan kepada kita untuk mengisi perut kita dengan 1/3 angin, 1/3 air, 1/3 makan” seru si Putra layaknya seorang da’i.
Semua terdiam mendengar Putra berfatwa, “kesambet apa lu bisa ngomong gitu?” tanya Bedul.
“hahaha… tadi pagi nonton mamah dedeh di TV” jawab Putra sambil cengengesan.
Selesainya sarapan pagi mereka berempatpun berangkat ke kampus bersamaa layaknya kamen raider. Dan kebetulan pada hari itu merupakan hari pertama ospek. Mereka berangkat puku 08.00, padahal seharunya pukul 06.00 sudah harus berada dikampus.
Yaa merekapun otomatis kena hukuman sebelum masuk ke gerbang kampus. Kala itu mereka berempat dihadapi oleh senior yang udah semester tua yang udah pada keluar kumis kek bapak-bapak dan berambut gondrong layaknya duta iklan shampoo. Tapi bukannya takut malah mereka cengengesan liat kumis yang bergoyang-goyang dan rambutnya yang berkibar-kibar. Kalau kita orang normal sih biasa aja liat yang kaya gitu, tapi ini beda kalau ngomongin keempat makhluk dari planet namek ini.
Saat itu Setya dihadapi oleh senior yang posturnya lebih pendek darinya. Senior tersebut menatap Setya layaknya mentap tiang yang mengharuskan kepalanya menghadap keatas.
“(hihihi… ini orang apa miniatur siih)… tawa Setya dalam hatinya”.
“Kenapa ketawa..??” teriak seniornya.
“Enggak… tadi ada angin yang ngeledekin kakak”.
“Ngeles aja lu” teriak si senior.
“Yaudah sekarang nyanyikan lagu Indonesia raya dengan tangan hormat.!!”
INDONESIA TANAH AIRKU………….
Merakapun masuk ke kampus dan mengikuti apel pembukaan. Namun beda cerita dengan Setya yang tiba-tiba perutnya sakit dan ingin buang air besar.
“Eeehhh… tiba-tiba perutku sakit nihh, WC dimana yaakk??” tanya Setya
“Ya mana gue tahu, kan kita baru disini” saut Juki.
“Ini nih tadi pagi makannya rakus banget, naahh kan tau rasa kau, mangkanya sering nonton mamah dedeh biar makannya tuh ada akhlak” saut Putra yang masih membahas soal mamah dedeh tadi pagi.
“Yaelah baru nonton tadi pagi aja udah songong lu” saut si Bedul.
“Woooeee.. kok kalian malah debat pilpres siihh, gua kebeleett niihhh” saut Setya yang memutus pembicaraan mereka.
“Woohh iyaa… coba kegedung itu aja pasti ada wc-nya tuuhh” tunjuk Juki.
Setya pun begegas menuju ke gedung yang ditunjukan Juki. Dia menyusuri setiap lantai, dari lantai 1 sampai lantai 4, naik turun tangga layaknya orang maraton. Dan ketemu juga dengan wc nya, yang berada di lantai 4. Diapun masuk kedalam toilet, diapun kaget dengan apa yang ia liat dimana jambannya merupakan jamban duduk. Setya pun kebingungan harus bagaimana, sebab dia tidak terbiasa dengan jamban duduk.
“Haduuhh jambannya kek gini lagii” seru Setya.
“au ahh udah kebelet, gua angkrongin ajaa aahhh”
Sungguh manusia aneh yang tidak menempatkan posisinya sesuai dengan tempatnya, emang bego’. Tidak hanya disitu saja ke koplakan si Setya, di WC ia ketiduran sambil jungkokin jamban tadi, dan ia pun terbangun dan merasa bingung dengan suasananya.
“huaaahh” suara Setya menguap sembari meregangkan otot-ototnya.
“lohh, kenapa gua ada disini?” dengan ekspresi penuh kebingungan. “woh iya, gua kan kebelet tadi. Waduuhhh Ospek,lup gua!!” dengan menepuk kepalanya karena lupa. Ini nih karena terlalu khusuk di dalam WC jadinyakan bego’nya nambah.
Setya pun bergegas keluar dari kamar mandi yang tempatnyadi lantai 4, dan ia pun bergebas turun untuk mengikuti Ospek, namun apalah daya nasi sudah menjadi bubur dan waktu tidaklah bisa diulang. Ternyata Ospeknyasudah berakhir dan si Setya tidak mengikuti kegiatan tersebut dikarenakan ia terlalu khusuk bersemedi.
“loh apa yang terjadi pada bumi ini selama aku tinggal bersemedi?” ujar Setya yang merasa kebingungan karena semua mahasiswa yang ada disana sudah mulai bubar dan kembali ke rumah atau kosnya masing-masing.
“Woee Setya!!” teriak si Juki yang memanggilnya didepan gerbang kampus.
“Waduh suara mistis apa lagi ini? Belum juga kuliah udah diganggu”
“Wooeeee” Teriak Juki sambil melambai-lambaikan tangannya layaknya kenek angkot.
“Wohh ternyata itu makhluknya”
“Wooyy” saut Stya. Ia pun berlari menghampiri teman-temannya yang berada di depan gerbang kampus. Namun ia tak sengaja menabrak salah seorang cewek hingga cewek tersebut terjatuh.
“Eeh maap, tak sengaja” Saut si Setya yang sambil mengulurkan tangannya kepada cewek itu untuk membantunya berdiri.
Cewek itu pun menggapai tangan Setya dan beranjak bangun sambil perlahan menghadap kepalanya memandang si Setya. Setya pun merasa terpesona dengan cewek tersebut yang manis bibirnya.
“Maap ya, aku tak sengaja”
“Iya tidak apa-apa” saut cewek tersebut dengan suaranya yang lemah lembut, alus dan kalem.
“Nama kamu siapa?” sambil mengulurkan tangannya yang mencoba berkenalan dengan cewek yang baru saja ia tabrak.
“Nama aku……..”
“Wooeeee Setya!!!”
Belum cukup cewek tersebut menyebutkan namanya, si Setya di panggil lagi oleh teman-temannya di depan gerbang kampus.
“Iya iya bentar” saut si Setya “aku tinggal ya, kapan-kapan kita sambung lagi”
“Hmmm, baiklah” jawab si cewek yang merasa heran dengan perkataan si Setya, padalah mereka belum saling kenal bahkan belum tahu nama masing-masing, tapi si Setya berkata seakan-akan mereka pernah kenal dan akrab pula.
Setya pun berlari menghampiri teman-temannya yang menunggunya dan meninggalkan si cewek tersebut.
“Woee lama amat kesininya” tanya Juki
“Tadi gara-gara pas lari kesini nabrak cewek”. “Wohh iyaa dia tadi belum sempat ngasih tahu namanya” Setya dengan sambil menepuk jidatnya.
“Ini semua gara-gara lu gak sabaran banget, kan jadinya gua lupa” saut Setya sambul nunjuk Juki.
“loh kok gara-gara gua!, gua kan gak tahu” jawab Juki.
“Udah-udah, jangan berdebat. Eh omong-omong pas ospek tadi lu kok gak kelihatan sih kemana?” tanya Putra.
“iya nih, kemana lu? Bedul yang ikut nimbrung pembicaraan.
Si Setya pun ketawa sendiri saat di tanya teman-temannya soal tidak hadirnya ia saat ospek. Yaa Namanya Setya orangnyakan tidak 100% normal, jadi apapun kelakuannnya bukanlah seperti manusia normal abad 20 pada umumnya, melainkan rada konslet sambungan kabel diotaknya.
“hehehhehe” si Setya yang cengengesan.
“ngapain lu malah cengengesan gak jelas!” saut Juki
“tadikan aku kebelet nyari WC kan, nah pas sampai di WC ternyata jambannya model duduk, yaaa gua kan gak terbiasa dengan yang begituan, ya udah gua angkrongin aja, hehehehe” si Setya yang mencoba menjelaskan kepada teman-temannya.
“terus apa hubungannya jamban duduk lu angkrongin dengan lu gak ikut ospek” si Putra yang memutus penjelasan si Setya.
“nah, gua gak ikut ospek tadi karena gua ketiduran di WC, hehehehehe”
Semuapun tertawa dengan penjelasan Setya, tidak hanya mereka berempat saja yang ketawa, tapi satpam kampuspun ikut tertawa karena nguping pembicaraan keempat shinobi tersebut, meski ketawanya agak ditahan-tahan sambil senyum-senyum tipis sok manis. Tapi ya mau gimana lagi namanya satpam haruslah menjaga wibawanya, karena mereka bagian yang bertanggung jawab dengan keamanan kampus.
“Hey pak, kalau ketawa jangan di tahan-tahan, kumismu lo bergoyang-goyang” saut Juki yang mengetahui satpam itu senyum-senyum ketawa.
“udah-udah ayo kita kembali ke kosan aja yuk” Bedul yang memutus perkatan Juki
Mereka berempat pun kembali ke kosan merekan yang tidak jauh dari kampus. Mereka berempat berjalan bebarengan layaknya power ranger yang baru saja ngalahin musuhnya. Ya begitulah kejadian hari itu, sungguh tidak bisa dilupakan. Segalahal juga bisa terjadi, dari kejadian kali ini dapat kita ambil sisi positifnya, dimana makanpun juga ada tata caranya sendiri bukan asal makan terus kenyang. Kejadian yang dialami Setya itu merupakan akibat dari dirinya sendiri.
: