Oleh: Citra Ika Prasetya
Siap lulus…??
Kala itu Setya kelas 12 SMA. Anak kelas 12 biasanya sering mendapatkan cobaan yang begitu berat yang pernah dialami anak kelas akhir, yaitu ujian-ujian yang menanti mereka. Layaknya ibu-ibu yang lagi antri sembako. Ujian praktik, ujian sekolah, ujian nasional, bahkan ujian hidup menjadi jomblo juga akan menanti Setya.
Saat itu akan menghadapi ujian praktik pelajaran biologi. Kebetulan yang akan dipelajari adalah proses pernapasan pada hewan. Guru pembimbing memerintahkan semua siswa untuk membawa katak saat ujian praktik, karena akan diteliti proses pernapasannya.
Yaaa… semua siswa mematuhi dan membawa hewan yang diminta pak Rohman kemarin. Tapi tidak dengan si Setya. Iya sih dia membawa hewan, tapi bukan katak, melainkan ayam. Dan itu ayamnya pak Maman tentangganya. Melihat tingkah Setya yang tidak mencerminkan manusia pada umumnya itu, kemudian pak Rohman bertanya.
“Heeyy., Setya apa yang kamu bawa?”
“Ini ayam pak,”
“kenapa bawa ayam?” tanya pak Rohman.
“Yakan buat ujian praktik mempelajari sistem pernapasan hewan” jawab Setya dengan wajah bego’nya.
“Hmmmm…” gumam pak Rohman sambil menjewer kuping Setya.
“kemarinkan bapak perintahkan bawa katak, bukannya ayam”.
“Jadi gini pak alasan saya bawa ayam, kan nantinya disembelih buat praktik. Naaah agar tidak mubadzir, sekalian aja kita bakar disini. Itung-itung tasyakuran karena bentar lagi saya akan lulus, jadi agar bapak tidak kangen dengan saya, mangkannya membuat momen yang sulit untuk dilupakan. Gituu paakk”.
“Heeee, memangnya siapa yang akan meluluskan kamu, kalau sekolah saja kaya gini. Lagi pula siapa yang kangen dengan siswa yang bandel kek kamu nii”. Sahut pak Rohman sambil menjewer Setya.
“Yaa, pihak sekolah lah pak. Masakk ketua PKK” jawab Setya, dengan kebandelannya.
“…..” Pak Rohman hanya bisa terdiam melihat tingkah Setya yang tak seperti manusia pada umumnya.
Tidak hanya guru biologi saja yang dibikin geleng-geleng kepala. Melainkan guru kimia juga dibikin pusing. Kala itu sedang peraktik mempelajari larutan kima, semua siswa disurung bawa gula. Eeehh beda dengan si Setya, dia malah bawa bubuk kopi. Kan aneh, ini manusia apa jin yang dikutuk jadi manusia yaa.
“Hey Setya, apa yang kamu bawa itu?” tanya bu Dian, guru kimia itu.
“Ini bubuk kopi bu” jawab Setya.
“Kenapa bawa bubuk kopi?, kan kemarin ibu suruh bawa gula”
“Naaah, justru itu buu. Niat saya kan baik. Karena semua teman-teman bawa gula untuk praktik, makanya saya bawa bubuk kopi, biar saat ibu mejelaskan materinya kami minum kopi dipojokan biar tidak ngantuk buu”
Semua siswa hanya bisa tertawa mendengar jawaban si Setya yang ada benarnya juga, hahaha.
“HMMmmm” bu dian hanya bisa bergumam.
“Sebenarnya kamu ini siap lulus dan ikut wisuda apa tidak sih?” tanya bu Dian. “kalau sikapmu seperti ini bagaimana kamu bisa sukses dikemudian hari, kamu itu sudah kelas 12 dan bentar lagi masuk kuliah. Ayolah dirubah, semangatlah dalam belajar”
“Iya buuu” jawab Setya sambil cengengesan.
“tingkatkan belajarmu, serius sekolahnya, bentarlagi mau ujian nasional”. Nasihat bu Dian.
“Iya bu, ASSYYAAPP”
Hari-hari menjelang ujian nasional. Semua siswa bingung soal mata pelajaran apa yang harus mereka pilih saat ujian nasional. Antara biologi, kimia, fisika.
Yaa, kebanyakan siswa memilih biologi, karena tidak ada hitung-hitungannya. Beda dengan jalan pikir si Setya yang justru memilih fisika. Entah kerasukan jin yang memiliki kecerdasan seperti Enstend, atau memang salah pilih.
Padahal selama sekolah dia sama sekali tidak memperhatikan. Karena sering tidur dipojokan kelas. Teman-temannya juga heran dengan jalan pikiran si Setya yang gak sewajarnya jadi manusia.
“Hey, Setya” tanya Juki teman satu kelasnya
“Ada apa?
“Aku bingung dengan jalan pikiranmu, yang lain memilih biologi, eeeh kamu malah fisika, sedangkan otakmu kan konslet”. Sendir Juki sambil tertawa.
“Anjiiirr… gini bro, gua tuh nyari yang ekstrim, biar tampil beda siih, hahahaha” jawab si Setya dengan kemudian tertawa keras layaknya orang kerasukan boneka anabel.
“Dasar otak konslet”. Gumam si Juki.
(Hari dimana Ujian Dilaksanakan)
Hari itu hari dimana ujian nasional dilaksanakan. Hari dimana pemahaman mereka selama 3 tahun diuji dengan sebuah tes. Semua siswa siap dengan perlengkapan ujiannya. Beda dengan Setya yang kebiasaannya tidak bisa dirubah. Dia tetap terlambat meski hari itu merupakan hari dimana nasibnya akan dipertaruhkan untuk bisa lulus apa tidak.
“Mana sih Setya?” gumam si Juki.
5 menit kemudian si Setya baru datang, padahal ujian udah dimulai.
“Sorry… gue telat” sembari menyapa si Juki yang duduknya disebelahnya.
“gapapa… kok telat, emang kenapa?”
“gua bangun kesiangan, semalam ikut ngeronda lagi bareng pak RT”
“hmmm… makhluk aneh tingkat dewa, orang lain pada sibuk belajar karena besoknya ujuan. Eeehh malah ikut ngronda. Yaudah, cepet giih kerjain keburu habis waktunya”.
1 jam telah berlalu dan ujian selesai. Mereka tinggal menunggu hasilnya. Apakah mereka dinyatakan lulus, apa tidak.
“Selesai jugaaa” seru si Setya.
“wuuiihh cepet banget?” tanya si Juki
“iya dong, tadi ada bisikan ghaib ditelinga ngasih tahu jawabannya”
“terserraaah, loee” si Juki mulai emosi dengan jawaban Setya.
Untuk menunggu hasilnya mereka harus menunggu 1 bulan lagi. Apakah mereka dinyatakan lulus apa tidak. Semua siswa khawatir bila tidak lulus. Beda dengan si Setya yang malah santai-santai.
“Tenang, semua lulus kok” seru si Setya.
“kok loe tahu” tanya Juki.
“Tahu laah, kan aku orang sakti”
“au ahh… bodo amaatt”
“hahahahahaha” tawa Setya.
1 bulan telah berlalu, dimana hari pengumuman kelulusan tiba. Semua siswa harap-harap cemas. Apakah mereka lulus atau tidak. Pengumuman kelulusan ditempelkan di madding sekolah beserta hari dilaksanakannya pelepasan siswa kelas 12.
Tiba-tiba, Setya datang dengan Juki untuk melihat pengumuman kelulusan. Setya dan Juki mencari nama mereka di madding sekolah.
“Yess, gua lulus” Seru Juki.
“Biasa aja kaleee, gua juga lulus aja biasa, nggak kegirangan” sahut Setya yang memutus perkataan Juki.
“Yaelaahh, syirik loe. Oh iya lanjut dimana nii?”
“kerumah laahh”
“Hmmm, nggak, maksudnya kuliah dimana? Loe itu kalau o’on jangan terlalu deh, bikin darah tinggi”
“nggak tahu niih, bingung”
“gimana kalau ke Universitas Lencana Bhakti..!” saran Juki.
“Hmmm, boleh juga, ayoolaah”.
Akhirnya mereka lulus. Meskipun nilai Setya hanya pas-pasan aja siih. Tapi rencana mereka untuk melanjutkan kuliah ke Universitas Lencana Bhakti. Semoga saja dengan lebih tingginya jenjang pendidikan Setya, membuatnya menjadi manusia yang dapat berguna, serta dengan masuknya Setya ke kampus tersebut tidak bikin dosen darah tinggi dengan sikap Setya. Yaaa semoga saja lah yaa, hehehe.
: