Oleh: Citra ika prasetya
Dikala sang surya terbit diufuk timur
Kehangatan merasuk dalam tulang
Dalam keharmonisan doa ku adukan
Akan kuasa-Mu atas alam
Ku ratapi kisah hidupku
Sendiri tanpa arah
Entah aku akan kemana
Dan mau jadi apa
Tiada yang tau takdir seseorang
Yang tertulis disetiap mushaf kehidupan
Hanya sang kekasih yang bisa mengubahnya
Disetiap wudhu kubersihkan
Akalku terfokuskan
Lisanku bergumam
Pandanganku terarahkan
Ku mulai dengan menyebut asma-Mu
Ku akhiri salamku pada ciptaan-Mu
Ku angkat ketua tangan
Ku diskusikan keresahan
Engkau selalu mendengarku
Namun aku lalai pada panggilan-Mu
Meski lisanku terucap
Sami’na Wa Atho”na
Engkau selalu mengingatkan
Tapi aku lupa akan kewajiban
Dari sekian banyak teguran
Aku sadar
Kau masih cinta
Kau masih sayang
Namun rasa cinta ku
Pada ciptaan-Mu
Membuat lalai atas cintaku pada-Mu
Mohon ampuni aku
Yaaaaa Robbiiiiiii….. !!!!!
(Trenggalek, 2 Oktober 2020)
AKSARA MANIS
Oleh: Citra Ika Prasetya
Tertulis nama di selembar lontar
Yang tertuju kepada dirimu
Duhai yang kurayu
Ku lontarkan aksara manis
Bagai dwi pangga yang puitis
Kau tersipu
Nampak senyum manis yang penuh candu
Kau terus membuatku terpaku
Tentang dirimu yang alus akan perilaku
Kau baca tulisanku
Kau hayati pesanku
Kau terima diriku
Kau posisikan aku dalam hidupmu
(Trenggalek, 16 September 2020)
BAYANGAN DI ANTARA BARISAN LINTANG
Oleh: Citra Ika Prasetya
Ku menatap langit malam
Ku kagumi barisan lintang
Ditemani purnama bulan
Yang bersinar digelapnya malam
Tak sengaja ku tersadar
Ada sosok yang tergambar
Diantara barisan lintang
Apakah ini ilusi karena kerinduan?
Atau imajinasi karena kesendirian?
Entah tiada yang tahu
Saat malam semakin menyelimuti langit
Semakin jelas bayangan yang tergambar
Dia menyapaku
Melambaikan tangannya kepadaku
Dengan penuh rasa rindu
Ku hanya terdiam
Sembari sekejap terpejam
Saat ku buka kembali mataku
Bayangan itu mulai pudar
Secara perlahan
Dan kembali membaur di barisan lintang
(Trenggalek, 18 September 2020)
BERANGAN FERRARI
Oleh: Citra Ika Prasetya
Rapuh tak lagi kukuh
Terjang ombak kan terkoyak
Pondasi diperkokoh
Pilarnya terabaikan
Sia-sia saja
Cipta-Mu tak lagi peka
Berharap hal indah dinikmati
Namun daya tak ingin berdiri
Berangan mewah Ferrari
Tak punya uang membeli
Sia-sia lagi!
(Trenggalek, 14 Oktober 2020)
BERSERAH
Oleh: Citra Ika Prasetya
Ku usahakan usahaku
Ku bertekat menggapai sesuatu
Berkeyakinan dengan kehendak
Ku bisa mengharap dapat
Berdiri ku menghadap
Ragaku berkiblat
Tanganku menadah
Bertawakal dan pasrah
Ooh Tuhan… ku berserah
Akan kehendakmu yang mewah
Semoga ku mendapat bungah
(Trenggalek, 24 September 2020)
BIDADARI TAK BERSAYAP
Oleh: Citra Ika Prasetya
Sungguh kala itu ku teringat
Sesosok malaikat tak bersayap
Dia ayu akan parasnya
Ku tersipu malu dibuainya
Entah sihir apa yang kau punya
Tapi ku terlarut akan isyaratnya
Engkau bagai bulan yang bersinar terang
Yang menembus arah pandang
Engkau memberi isyarat kepadaku
Namun ku ragu dengan semua itu
Andai hukum jaka tarup masih berlaku didunia ini
Kan ku curi selendang nawang wulan sang bidadari
Agar kau tak pergi
Untuk menetap dihati
(Trenggalek, 15 September 2020)
BUNGA INDAH
Oleh: Citra Ika Prasetya
Keagungan alam ini
Kau ciptakan bidadari
Bagai rembulan di malam hari
Mempesona senyum manismu
Bagai lebah madu
Sungguh ku terpakau
Pada ke elokan pesonamu
Aku sadar diri ini
Telah jatuh hati
Kucoba mengenalmu
Semakin dekat kau rayu aku
Aku terhanyut akan pesonamu
Sungguh megah rasaku
Ku ingin lebih mengenalmu
Dimalam kupinjam namamu
Ooh maafkan lah aku
Ku mencoba merayu
Kan ku utarakan isi hatiku
Ku takut kau diam membisu
Dengan semua ucapanku
Dalam diamku ku berharap
Dalam hening ku meratap
Siang malam hati gundah
Berharap jawab jadi bungah
Ku bergelut dengan mental
Memberanikan berucap sakral
Menunggu jawab yang mulai membisu
Dengan kemegahan ucapanmu kutunggu
Kala itu ku terpaku
CERITA KOTA PESISIR
Oleh: Citra Ika Prasetya
Banyak cerita yang terukir dalam benakku
Di setiap ingatanku tersimpan makna yang mendalam
Yang mengisahkan keanekaragamanmu
Cerita nan eksotis yang engkau miliki
Dan eksistensimu
Akan keelokan kota dibalik pagar gunun pesisir Jawa
Suara gemuru ombak,hamparan pasir
Dan keharmonisan senja
Yang berpadu dengan hembusan sang bayu
Pasti akan menjadi alasan suatu kenyamanan
Ada satu cerita perjuangan
Yang mengisahkan setiap insan
Untuk menembus batasan
Hanya untuk menuntut akan kewajiban
Mencari cerita baru yang akan aku ceritakan kepadamu
Tunggu saja cerita dariku
Khusus untukmu kota kecilku
DALAM DIAM
Oleh: Citra Ika Prasetya
Awal perkenalan yang indah
Sore itu ku sapa
Keisengan kutunjukkan
Dia pun tersipu malu
Keindahan yang hakiki
Senyum manisnya ditunjukkan
Untuk menyapa penuh makna
Hatiku berdegup kencang
Apakah ini yang dimaksud kegundahan?
Atau apakah aku yang salah mengartikan?
Dalam sujud kuadukan
Penuh harapan kuharapkan
Disetiap alunan doa kupanjatkan
Rukuku kusempurnakan
Ku angkat kedua tangan
Ku diskusikan segala perasaan
DUKA
Oleh: Citra Ika Prasetya
Sakit tapi tak bisa menjerit
Suka kini menjadi duka
Berkata cinta berakhir malapetaka
Itulah negeri kita
Tak sadarkah kalau tanah air berduka?
Demonstran merajalela
Yang tak tahu apa-apa dapat imbasnya
Oleh keusilan yang tak ada guna
Sungguh menyedihkan bukan?
Andai para pendiri bangsa tahu
Pasti menangis pilu
Oleh kelakuan anak cucu
Lekas lah sembuh dari keterpurukanmu
(Trenggalek, 12 Oktober 2020)
GILA BAHASA
Oleh: CItra Ika Prasetya
Berbahasa, berbudaya
Berbahasa, ikut masa
Berbahasa, membuat lupa
Berbahasa, orang jadi gila
Berbahasa, hilang jati diri
Berbahasa, berlagak menghakimi
Bahasa, bahasa dan bahasa lagi
Tak muak kah kau dengan bahasa?
Dengan bahasa dijadikan alat
Dengan bahasa berarti kolomerat
Dengan bahasa bertanda pangkat
Tak bosen kah kau dengan bahasa?
Membanggakan bahasa yang tak bisa kau tafsiri
Tapi berlagak seakan bahasa sehari-hari
Heh, tak malu kah kehilangan jati diri?
Kau berdiri ditanah ibu pertiwi
Kau makan dari hasil tanah ibu pertiwi
Kau berteduh dibawah langit ibu pertiwi
Masih tak sadarkah jika kehilangan jati diri?
(Trenggalek, 11 Oktober 2020)
HAMBA BERSERAH
Oleh: Citra Ika Prasetya
Ku berserah
Ku pasrah
Dengan segala kehendak
Ku tak dapat menolak
Hamba hanya seorang makhluk yang fana
Yang tak luput dari dosa
Ku hanya bisa meminta
Tapi tak sadar diri akan dosa hamba
Sungguh memalukan
Tak sadar diri ini
Dengan segala yang diberi
Semoga Kau tak pergi
Menginggalkan hambamu ini
Duhai kau pujaan hati
(Trenggalek, 26 September 2020)
JARAK PENGADUAN
Oleh: Citra Ika Prasetya
Ku termenung
Dibawah langit mendung
Terdiam kan merenung
Tentang dirinya yang ku sanjung
Duhai kau pujaan
Tempat segala pengaduan
Kan ku adukan segala perasaan
Tentang jarak yang memisahkan
Qolbuku bergumam menyebutmu
Tentang jarak yang tak kunjung temu
Semoga kau tak meninggalkanku
Duhai yang ku rindu
(Trenggalek, 19 September 2020)
Jejak
Oleh: Citra Ika Prasetya
Menghapus jejak kenangan indah
Dengan terus melangkah
Menggapai tujuan yang baru
Dengan menghapus jejak dirimu
Yang terngiang dipikiru
Saat ku bersamamu
Menemani setiap langkahku
Namun itu semua sirna dalam sekejap waktu
Ku terus melangkah
Menapakkan jejak diriku
Mengukir jejak yang baru
Tanpa kehadiranmu
(Trenggalek, 28 September 2020)
KEGUNDAHAN
Oleh: Citra Ika Prasetya
Kebingungan tiada ujung
Tak ada bahu untuk bersandar
Menetukan pilihan yang tak ku temu
Dimanakah aku akan berlabuh?
Wahai sang pemantap kepastian
Jawablah kegundahan
Temukan sandaran
Untuk memantapkan keputusan
(Trenggalek, 27 September 2020)
SESUMBAR
Oleh: Citra Ika Prasetya
Ruang hampa tanpa daya
Tiada seorang kan menyapa
Kedudukan memang segalanya
Tak punya rasa apa gunanya
Mendekati untuk menarik hati
Hati tertarik lantas pergi
Bagaimana dengan janji-janji?
Bagai tong kosong nyaring bunyi
Sesumbar tanpa bukti
Itulah budaya suci negeri ini
(Trenggalek, 05 Oktober 2020)
MEGA MERAH
Oleh: Citra Ika Prasetya
Sungguh megah
Hati terbungah
Mengobati gundah
Aroma mega merah
Ditepi pantai
Semilir angin
Gemuru ombak
Filosofi Kopi
Fourtwenty
Bagai elemen tak terganti
Pelengkap sore hari
(Trenggalek, 17 Oktober 2020)
MEMORI KENANGAN
Oleh: Citra Ika Prasetya
Tersimpan kenangan indah
Bersama sang pujaan
Kan ku simpan tak kan hilang
Didalam memori ingatan
Kala itu kubersamanya
Penuh canda, penuh tawa
Namun kini, kebersamaan itu pudar
Oleh waktu yang terus berputar
Ku harap kenangan ini masih tersisa dibenakmu
Meski hanya sekedar namaku
Ku tetap bersyukur, karena dulu pernah singgah dihatimu
Dan aku sadar, kalau kita tak lagi satu
Entah mengapa kenangan ini masih tersimpan di memoriku
Apakah aku masih menginginkannya?
Atau aku yang terlalu munafik mengakuinya?
Entahlah ku tak tahu…
Yang jelas,
Teruntukmu, semoga kau tak benci kepadaku..!!!!
(Trenggalek, 11 September 2020)
NEGERI JERAMI
Oleh: Citra Ika Prasetya
Dimanakan ku dapat temui negeri
Yang subur makmur loh jinawi?
Dimanakah ku dapat temui negeri
Yang indah berseri?
Dimanakah ku dapat temui negeri
Yang kaya sumber daya, tapi tak dapat dinikmati?
Dimanakah ku dapat temui negeri
Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin?
Dimanakah negeri itu?
Tak mampu indraku menangkap
Sekejap butr, gelap gulita
Nampak sapi, mati ditumpukan jerami
Sungguh ironi mencekik hati
(Trenggalek, 13 Oktober 2020)
NUANSA ROMANTIS
Oleh: Citra Ika Prasetya
Ku menatap langit
Tampak nuansa bukit
Berpadu warna sungguh eksotis
Hijau sungguh romantis
Berdamping biru yang manis
Tinggi bukit menyentuh langit
Ku menatap tak berkedip
Terpaku diam membisu
Tiada kata di lisanku
Sungguh aku
Telah jatuh hati kepadamu
Duhai yang ku tuju
Akan dirimu
(Trenggalek, 20 September 2020)
PANGGILAN-MU
Oleh: Citra Ika Prasetya
Ku dengar panggilan merdu-Mu
Tapi ku abaikan pula diri-Mu
Sungguh buruknya aku
Duhai engkau pujaanku
Tiap hari ku sholat
Kumulai dengan menyebut asma-Mu
Allahuakbar
Tetapi tetap saja diriku yang ku ingat, Astaghfirullah
Kerap kali ku bersyahadat
Bersaksi atas diri-Mu dan utusan-Mu
Asyhadualailaha ilallah waa asyhaduanna muhammadarrosululloh
Apakah aku sudah menjadi umat-Mu?
Tiap hari kau undang diriku
Khaya’alasholah
Tapi malah ku kejar dunia-Mu
Apakah aku sudah mensyukuri nikmat-Mu?
Kau ajak diriku mendapatkan kenikmatan yang nyata
Khaya’alalfalakh
Tapi masih ku kejar pula kenikmatan palsu-Mu
Apakah aku sudah beruntung selama hidupku?
Duhai engkau pujaanku
Ku harap engkau tak murka kepadaku
Atas apa yang ku lakukan kepada-Mu
(Trenggalek, 12 September 2020)
PERTEMUAN
Oleh: Citra Ika Prasetya
Malam sepi membisu
Terdengar bisikan bayu
Terlintas bayangan semu
Tertangkap netra sungguh syahdu
Ingin ku menggapai
Namun ku tak sampai
Ku tersenyum kala itu
Sungguh indah ku terpaku
Bagai sungai yang mengalir
Dari hulu ke hilir
Mengikuti arus sunyinya malam
Bertemu hati yang bersemayam
(Trenggalek, 04 Oktober 2020)
PESAN LELUHUR 1
Oleh: Citra Ika Prasetya
Sebuah jabatan membutakan
Bagi mereka yang berkalangan
Tak peduli nasib seseorang
Yang penting soal uang
Kau tak tahu soal penderitaan
Namun mengatas namakan soal penderitaan
Giliran ditanya, penderitaan mana yang kau atas namakan?
Kau malah lari sembunyi tangan
Kau benturkan dengan aparat keamanan
Apakah ini yang dinamakan kesatuan?
Ramalan leluhur terbuktikan
Dengan kontroversi keputusan
Bung Karno berpesan
Tentang bangsa pada masa depan
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah,
namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan
bangsa sendiri”
(Trenggalek, 09 Oktober 2020)
PESAN LELUHUR 2
Oleh: Citra Ika Prasetya
Generasi muda berkarya
Masa depan yang sejahtera
Bangsa kuat karena pemuda
Bangsa lemah pemuda pula
Pemuda terikat
Peristiwa yang memikat
28, angka keramat
Tak ada lupa walau sesaat
Sang proklamator bersabda
Untuk pemuda penerus bangsa
“Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya”
“Beri aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncang dunia”
(Trenggalek, 10 Oktober 2020)
RASA APAKAH ITU?
Oleh: Citra Ika Prasetya
Adakah yang tahu
Berdiri sama tinggi
Duduk sama rata
Tak saling merajai
Rasa apakah itu?
Semua punya
Tapi pura-pura tak merasa
Tertutup gigihnya ego
Terajai gengsi antar sesama
Itulah umat manusia
(Trenggalek, 15 Oktober 2020)
RASA NYAMAN
Oleh: Citra Ika Prasetya
Sungguh ku merasa heran
Dengan apa yang ku rasakan
Gejolak rasa didalam dada
Saat bersama yang kupuja
Memang aneh rasa ini
Tapi ku tak peduli
Ku utarakan isi hati
Pada dirimu yang ku cintai
Rasa ini tiada yang menduga
Baik diriku maupun dirinya
Perkenalan yang tiada rencana
Tapi ini kehendak yang kuasa
Sungguh lucu tiada dugaan
Yang berakhir dengan rasa nyaman
(Trenggalek, 17 September 2020)
RINDU
Oleh: Citra Ika Prasetya
Sore itu ku termenung
Menatap hujan yang sedang turun
Suaranya yang begitu indah
Membuat tenang hati yang gundah
Entah apa yang terjadi pada diriku
Ku terheran dengan hatiku
Ku coba cari tau
Apa ini yang dinamakan rindu?
Ku ingin berdamai dengan diriku
Namun setiap air yang turun mengingatkanku atas dirimu
Sungguh anehnya aku
Parasmu nan elok bagaikan air tuhan
Tawamu yang merdu bagaikan suara rintikan hujan
Semakin tergambar jelas diatas awan
Duhai engkau pujaan
Hari semakin gelap
Sang surya pun semakin terlelap
Namun rintikan hujan tak kunjung reda
Membasahi rindu di dada
Kutertawakan diriku
Tentang apa yang terjadi kala itu
Yang jelas tiap ku mengadu
Kupinjam namamu agar kita menemukan temu
(Trenggalek, 10 September 2020)
RUMUS
Oleh: Citra Ika Prasetya
Luas,
Lebih luas dari samudera
Tinggi,
Lebih tinggi dari semesta
Lebar,
Lebih lebar dari jagat raya
Panjang,
Lebih panjang dari bumi beserta isinya
Tak serumit Matematika
Tak sesulit Fisika
Tak seindah Sastra
Dan tak semudah anak TK
Jawablah dengan benar
Gunakan rumus kehidupan
Panjang + Lebar + Tinggi + Luas=…
Apakah jawabannya?
(Trenggalek, 16 Oktober 2020)
SALAH TAMPUNG
Oleh: Citra Ika Prasetya
Tertutup
Dengan tirai emosi
Terhalang
Dengan berita layang
Menampung tanpa menyaring
Mencari untuk menggunjing
Profokasi menyulut emosi
Tanpa tahu hal yang pasti
Tak berusaha mencari pasti
Memojokkan tanpa introspeksi
Buta akan rungu
Mendengar dari satu kubu
Yang masing bentuk kelabu
Tak bisa membedakan mana putih, mana hitam
Bisa membaca dan menerka
Bisa menyangka dan mendakwa
Namun tak menerima soal fakta
(Trenggalek, 01 Oktober 2020)
SANG PEMBELA
Oleh: Citra Ika Prasetya
Sang Surya berbersemayam
Putra Kunti titisan
Karna putra Surya
Terbuang disungai ganga
Dinakara menyapa
Dengan hangat penuh makna
Kebangkitan sang pembela
Daksa kekar penunggang aswa
Kesatria bharata yuda
(Trenggalek, 29 September 2020)
SATIR PEMBATAS SHINTA
Oleh: Citra Ika Prasetya
Haii…
Shinta, Bagaimana kabarmu?
Apakah kau sudah terima pesanku?
Ku harap kau baik-baik saja disana
Perpisahan ini bukan lah selamanya
Masih ada hari esok untuk kita
Yang berpisah hanyalah raga
Tapi rasa kan selalu ada
Perpisahan hanyalah sebagai dinding pembatas kita
Bagai satir pembatas adam dan hawa
Engkau bagai bulan purnama
Yang elok akan parasnya
Kita terpisah oleh diding istana rahwana raja
Yang gila akan cinta shinta
Tapi itu semua bisa dirobohkan
Dengan tekat kepada sang pujaan
Shinta….!
(Trenggalek, 14 September 2020)
SATIR PEMBATAS SHINTA 2
Oleh: Citra Ika Prasetya
Wahai rama
Aku telah menerima pesanmu
Ku baca disetiap malamku
Kau setia merinduku
Duhai kekasihku
Ku tak beraksud menghianatimu
Namun rasa tidaklah menipu
Ikatan untuk menyatu
Namun ku berpaling darimu
Perpisahan memang bagai satir
Pembatas Adam dan Hawa
Namun, aku menghianatinya
Aku terperangkap, aku terbelenggu, aku terbutakan
Oleh gelembung cinta Rahwana
Yang suci tulus kepadaku
Aku tersipu, oleh gombalan yang merayu
Sungguh mudahnya aku berpaling darimu
Duhai Rama
Maafkan lah aku.!!!
(Trenggalek, 07 Oktober 2020)
SATIR PEMBATAS SHINTA 3
Oleh: Citra Ika Prasetya
Wahai Shinta
Dewi cantik mempesona
Bagai bulan purnama
Temani hari seorang Rahwana raja
Kau berkali-kali menolak cintaku
Namun ku tak gentar soal itu
Keberanianku merayumu
Dengan rayuan terbaikku
Menumbuhkan hasrat memilikimu
Duhai engkau pujaanku
Wahai Shinta
Cintaku terlarang kepadamu, aku tahu itu
Wahai Shinta
Obsesi kejamku menculikmu, aku tahu itu
Wahai Shinta
Rasaku menyakitimu, aku tahu itu
Wahai Shinta
Layak kah aku bersanding denganmu?
(Trenggalek, 08 Oktober 2020)
: